Pertemuan Presiden RI Prabowo Subianto dengan Presiden ke-7 Joko Widodo di Kertanegara (4/10/25) masih menjadi teka-teki bagi masyarakat. Lalu apa yang bisa kita baca dari pertemuan dua tokoh itu?
Kalau memperhatikan berita media mainstream, kita belum bisa menemukan esensi dari pertemuan itu. Meski perbincangan berlangsung dua jam, yang keluar ke media nyaris tidak ada (yang substansi).
Rakyat tak bisa mengakses apa isi diskusi mereka. Sementara informasi yang keluar hanya hal yang umum. Itu hanya silaturahim, berbicara soal kebangsaan dan keduanya ingin semakin dekat.
Namun yang menarik adalah fakta kunjungan Jokowi ke Prabowo itu sendiri. Mengingat biasanya Prabowo yang sering datang ke kediaman Jokowi di Surakarta, Jawa Tengah.
“Beban” Jokowi
Sekalipun tak lagi menjadi presiden, Jokowi terus menjadi sorotan publik. Kasus ijazah palsu, sampai sekarang masih membelitnya. Bahkan melebar hingga ke ijazah Gibran yang kini menjadi Wapres dari Presiden Prabowo. Sementara itu ada juga isu pemakzulan Gibran Rakabuming Raka. Semua ini tentu bukan hal biasa bagi Jokowi.
Beban Jokowi belum berhenti sampai pada hal itu. Menantunya yang Gubernur Sumut, Bobby Nasution juga tampak ternilai kurang perform dalam kinerjanya. Terbaru, Sumut menjadi provinsi dengan inflasi tertinggi se-Indonesia.
Sisi lain, Jokowi juga sadar bahwa ia harus keluar dari “kemelut” saat ini. Ia pun sudah memasang kuda-kuda untuk politik 2029 dengan menjadikan PSI lebih “garang”. Langkah persiapan pun telah Jokowi lakukan. Mulai dengan merekrut politisi senior dari Nasdem hingga pertemuan yang intens untuk PSI bisa duduk di Senayan nantinya.
Dari fakta yang seperti itu, apakah mungkin Jokowi bertemu Prabowo untuk urusan negara, bangsa dan masa depan rakyat?
Pertanyaan itu relevan sebab kata Harold D Lasswell dalam bukunya “Who Gets What, When and How” ilmu politik itu berbicara tentang kekuasaan. Dan, kita tahu Prabowo adalah penguasa, Jokowi adalah mantan penguasa, yang anaknya dan menantunya juga sedang berkuasa.
Gagah atau “Mengalah”?
Lalu apa yang bisa kita tebak dari pemikiran Prabowo saat berdialog dengan Jokowi?
Satu sisi kita melihat Prabowo adalah pemimpin tegas dan kuat. Namun secara historis, Prabowo adalah politisi yang menang pemilu karena “kebaikan” Jokowi.
Dalam posisi seperti itu publik akan menduga apakah Prabowo masih tunduk pada kepentingan Jokowi atau Jokowi sudah mulai kehilangan pengaruh kuatnya terhadap Prabowo.
Tapi kalau merujuk pada pandangan Plato bahwa negara harus dipimpin oleh leader yang ahli berpikir atau filsuf, maka Prabowo sepertinya akan mengambil posisi secara tepat.
Bagaimanapun dengan usia yang sangat matang, Prabowo adalah orang yang sensitif dengan aspirasi rakyat. Ia juga menang setelah 4 kali kalah. Apakah sekali menang ini dia hanya akan menjadi presiden yang mengalah pada kepentingan yang tak tentu arah?
Lalu apakah sebenarnya isi dari pertemuan Prabowo dan Jokowi?
Fakta-fakta itu bisa menjadi referensi untuk kita menduga lebih dalam. Sembari kita tunggu akan ada fenomena politik apa ke depan.
Sebagai rakyat kita perlu tahu, membahas dan mengulas pertemuan-pertemuan politik. Supaya kalau dari media kita tidak dapat informasi jelas dari hati kita bisa bersikap tegas meski coba membaca dari informasi yang sangat terbatas.*


