Membaca Bumi Cinta. Itulah yang kulakukan sore hari kemarin (21/8/22). Bersama hujan yang menyirami tumbuhan itu saya sangat menikmati bacaan novel karya Habiburrahman El-Shirazy.
Sejujurnya, saya bukanlah tipe pembaca fiksi. Namun, buku itu saya beli kala IBF sebagai hadiah untuk putriku yang kini duduk di bangku SMP Pesantren Hidayatullah.
Saat bertemu sekitar dua pekan lalu, putriku mengatakan bahwa belum boleh membawa buku agar tidak mengganggu fokus kepada pelajaran. “Karena masih santri baru, Bah,” ucap putriku.
Jadi, sekarang buku itu saya buka sendiri dan perlahan mulai membaca. Subhanallah, dalam bab I buku itu yang bertemakan “Tiba di Moskwa” Kang Abik sangat lihai dalam merangkai kata sekaligus menyelipkan nilai ajaran Islam.
Baca Juga: Menulis Sebagai Pembangkit Semangat
Sebuah skill yang tentu saja buah dari ketekunan dan keahlian dari sang penulis yang memang hampir semua karya novelnya jadi best seller di negeri ini.
Dialog Intelektual
Satu hal yang pasti ada dalam novel adalah dialog. Dan pada bab itu, dialog intelektual sangat menarik tersaji antara dua sahabat yang pernah satu angkatan kala SMP.
Seiring perjalanan waktu dua sahabat itu tidak saja berbeda tempat kuliah tetapi juga berbeda pandangan hidup saat dewasa.
Ayas yang kuliah di Madinah segar dengan pemahaman akidah dan syariah yang lurus. Sedangkan Devid telah berubah menjadi manusia yang mengambil cara pandang orang Barat pada umumnya, hidup dalam kebebasan.
Devid ternyata sangat bangga dengan pandangan hidupnya yang mendewakan kebebasan. Terbukti dalam satu dialog menarik antara Ayas dan Devid kala masih dalam taksi.
“Kau tahu Yas, sopir tua ini menawari kita cewek Rusia?” Kata Devid pada Ayyas.
“Ya aku tahu.”
“Kau mau?”
“Gila kau Dev! Itu Zina! Haram!”
“He he he! Baguslah kau masih kukuh memegang keyakinanmu. Aku ingin tahu seberapa kukuh imanmu di sini. Kalau aku, sorry saja, aku sudah tidak mau dibelenggu oleh aturan agama apa pun. He he he.” Ejek Devid sambil terus terkekeh-kekeh.
Nah, yang menarik adalah jawaban Ayas atas ejekan itu.
“Ya, kau akan dibelenggu oleh nafsumu sendiri! Dalam sejarahnya, orang yang dibelenggu nafsunya tidak ada yang bahagia!”
Mendengar jawaban itu, Devid mulai kesal. “Ah jangan mengkhotbah, Yas!”
Ayas menjawab dengan logika perbandingan yang adil.
“Kalau aku yang ngomong dianggap mengkhotbah, kalau kau yang ngomong tidak mengkhotbah. Ah, ini namanya diskriminasi dan intimidasi. Aku merdeka dong menyampaikan pendapatku.”
Kekuatan Tulisan
Dari Bumi Cinta itu saya menyadari betul kakuatan sebuah tulisan. Dan idealnya, orang beriman sebagiannya ada yang menekuni, mendukung dan mengembangkan generasi yang menciintai dunia tulis menulis ini.
Sebuah novel adalah media terbaik untuk dakwah dan memberi warna kesadaran bagi pembaca. Seperti dialog intelektual tersebut.
Satu hal lagi, banyak sekali film layar lebar hadir berangkat dari sebuah novel. Beberapa novel Kang Abik sudah membuktikan hal itu.
Baca Lagi: Bincang Tips Menulis dari Novelis Kang Abik
Pernah suatu waktu dalam dialog film Turki berjudul Teskilat juga menyajikan dialog menarik yang mengubah cara pandang seseorang terhadap sebuah kota, yaitu Paris.
Jadi ada seorang pria bernama Gurcan mendapat tugas ke Paris bersama dengan Hakki dan Pinar. Gurcan yang memandang Pinar mencintainya sangat antusias ke Parsi dan mengatakan betapa romantisnya kota itu.
Tetapi Pinar jauh lebih unggul secara intelektual. Dalam waktu dua menit dialog yang terjadi, Pinar berhasil menyadarkan Gurcan bahwa ungkapan Kota Paris adalah kota romantis adalah sebuah ciptaan. Karena ia diciptakan maka tugas kita adalah tidak percaya (berpikir kritis).
Namun saya tidak bisa membahas lebih lanjut karena akan sangat panjang naskah pada kesempatan kali ini.
Pada akhirnya, kita harus berterimakasih kepada Kang Abik yang terus bermujahadah berdakwah melalui tulisan, tepatnya karya fiksi, novel. Kita butuh anak-anak muda ke depan mampu seperti Kang Abik, bahkan lebih baik.
Satu hal yang menarik, Kang Abik menuturkan dalam prolognya bahwa Bumi Cinta itu adalah hasil dari tadabbur Alquran yang ia lakukan. Ayat dan surah apa, silakan dapatkan buku tersebut, agar kita juga dapat mendukung dakwah literasi dari Kang Abik.*