Bagi kebanyakan orang untung atau rugi cara menimbangnya hanya satu. Yaitu dapat atau tidak mendapat kebutuhan materi. Bahkan rasa-rasanya hidup ini kalau tidak cukup materi, seakan Tuhan tak memberikan rezeki.
Pikiran seperti itu kalau terus menerus kita gunakan, maka akan mengguncang daya nalar iman dalam dada. Hawa nafsu merasuk ke dalam akal dan kesadaran, lalu semua hal kita ukur dengan materi, uang, kedudukan dan sebagainya.
Baca Juga: Pentingya Berpikir “Mengapa”
Bagi yang gagal melakukan perenungan, ia akan ambil jalan pintas. Apapun ditempuh, yang penting dapat uang. Namun, siapa yang berhasil menjadikan Alquran sebagai panduan, ia akan menemukan tanda-tanda kekuasaan Allah Ta’ala.
Timbangan Alquran
“Dan tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasinya (bagi siapa yang Dia kehendaki)? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang beriman.” (QS Az-Zumar: 39).
Tafsir Madinah Al-Munawarah menjelaskan bahwa ayat itu menerangkan kedudukan seseorang di hadapan Allah.
Orang yang lapang rezekinya tidak berarti dia baik dalam pandangan Allah. Sebab pada dasarnya kekayaan tetap ujian iman.
Demikian pun dengan orang yang oleh Allah rezekinya memang ditetapkan terbatas. Maka itu tidak berarti Allah tidak suka kepada hamba itu. Sebab, hakikatnya itu juga sebuah ujian.
Artinya, soal rezeki memang ketetapan Allah. Allah sendiri yang memilih siapa yang mendapat kelapangan dan siapa yang memperoleh kesempitan.
Siapa Beruntung?
Pertanyaannya kemudian, siapa yang beruntung dalam pandangan Allah antara orang yang rezekinya lapang dengan yang rezekinya sempit.
Jawabannya jelas, siapapun dari kedua orang itu yang hatinya tunduk kepada Allah.
Baca Lagi: Kita Tak Perlu Pongah
Sejauh orang kaya beriman dan beramal sholeh, menunaikan rukun Islam dengan baik, mulai syahadat sampai haji, insha Allah dia beruntung.
Demikian pun orang yang rezekinya Allah batasi. Sungguh dia tetap hamba yang baik dalam pandangan Allah kalau dia tetap beriman dan beramal sholeh.
Dari sini kita harus mulai sadar bahwa rezeki telah Allah tetapkan. Tugas kita bukan merisaukan rezeki. Akan tetapi asahlah skill diri, mental, dan kedisiplinan dalam kinerja, serta berusaha untuk selalu produktif. Terakhir, jangan lupa ibadah dan amal sholeh kepada sesama.*