Home Artikel Memaksakan Diri Jadi Pejabat
Memaksakan Diri Jadi Pejabat

Memaksakan Diri Jadi Pejabat

by Imam Nawawi

Memaksakan diri jadi pejabat sepertinya kalimat yang belakangan orang banyak mulai paham. Terlebih dunia hukum kembali mendapat berita baru. Seorang bupati rela korupsi demi bisa jadi pejabat kembali.

Hal itulah yang Bupati Bangkalan Abdul Latif Amin Imron lakukan dengan cara menghimpun dana melalui suap jual beli jabatan.

Upaya itu menghasilkan, uang senilai Rp. 5,3 miliar ia kantongi dan salah satunya akan ia gunakan untuk belanja survei elektabilitas. Demikian lansir dari detik.com.

Baca Juga: Paradoks Jabatan Publik

Sekalipun kita tidak boleh menggeneralisir, kasus ini seakan memberikan gambaran bahwa banyak orang haus akan jabatan. Kemudian demi mendapat jabatan itu, segala cara ia lakukan.

Peringatan Nabi SAW

Abdurrahman bin Samurah berkata, Rasulullah SAW bersabda kepadaku, “Wahai Abdurrahman, janganlah kamu meminta jabatan, sebab jika kamu diberi jabatan karena permintaan maka tanggung jawabnya akan dibebankan kepadamu. Namun jika kamu diangkat tanpa permintaan, maka kamu akan diberi pertolongan.” (HR Muslim).

Sabda Nabi SAW itu adalah panduan, tentu saja harus kita jalankan dalam kehidupan. Jadi, barangsiapa ingin selamat, maka meminta jabatan harus ia hindarkan.

Sebab, siapa yang meminta apalagi memburu jabatan, maka ia akan lepas dari pertolongan Allah. Semua hal akan Allah bebankan langsung kepada orang yang memburu jabatan itu.

Oleh karena itu jangan heran kalau kita melihat ada orang dengan jabatannya malah semakin kacau pikiran, ucapan dan perbuatannya. Hal itu karena memang ia memburu tanpa sadar dan tentu juga boleh jadi tanpa niat yang semestinya.

Namun, hadits itu tidak berarti umat Islam harus diam semua. Dalam Alquran ada kisah Nabi Yusuf alayhissalam yang berani mengajukan dirinya menjadi seorang bendaharawan Mesir.

Konteksnya memang situasi membutuhkan seorang ahli, pemimpin, yang kapabel, akuntabel dan tentu saja memiliki ilmu untuk mengatasi beragam persoalan yang terjadi.

Hidup Sederhana

Manusia akan mudah gelisah kalau tidak bisa hidup sederhana. Orang bisa hidup sederhana kalau cara pandangnya dalam hidup seutuhnya berorientasi kepada Allah Ta’ala.

Menurut Gus Baha hidup sederhana itu memiliki empat ciri. Yakni tidak takut, tidak khawatir, tidak susah dan tidak kecewa. Artinya orang itu selalu bahagia. Mau jadi apapun, kapanpun dan dimanapun.

Kalau ada orang pernah jadi bupati lalu bingung, susah dan khawatir kalau tidak jadi bupati lagi, maka ia tidak bahagia. Termasuk gubernur, menteri, bahkan presiden.

Baca Lagi: Melek Politik

Jadi, kalau kita renungkan dengan cara paling sederhana pun, mudah. Untuk jadi orang yang bahagia kita tidak butuh jadi pejabat atau apapun lainnya.

Kita hanya butuh sadar bahwa hidup Allah yang Mengatur. Bagaimana diri hidup sesuai tuntunan Allah, itu yang utama. Seperti Gus Baha katakan, ngapain hidup tidak bahagia, toh semua Allah telah jamin. Seng penting ojo maksiat (berbuat curang dan jahat).*

Mas Imam Nawawi

 

Related Posts

Leave a Comment