Mas Imam Nawawi

- Artikel

Memahami Sebelum Menentukan Sikap: Langkah Bijak di Era Digital

Di era digital yang serba cepat, banyak di antara kita sering terjebak dalam respon spontan tanpa pemahaman mendalam. Apakah kamu pernah merasa tergesa-gesa dalam mengambil sikap atau membuat keputusan, hanya karena informasi yang datang begitu saja? Kebiasaan ini bisa membuat kita rentan salah dalam bertindak, bahkan bisa jadi destruktif. Lalu, bagaimana cara kita mencegah hal […]

Memahami Sebelum Menentukan Sikap: Langkah Bijak di Era Digital

Di era digital yang serba cepat, banyak di antara kita sering terjebak dalam respon spontan tanpa pemahaman mendalam.

Apakah kamu pernah merasa tergesa-gesa dalam mengambil sikap atau membuat keputusan, hanya karena informasi yang datang begitu saja?

Kebiasaan ini bisa membuat kita rentan salah dalam bertindak, bahkan bisa jadi destruktif. Lalu, bagaimana cara kita mencegah hal itu terjadi?

Kecerdasan Memahami di Era Informasi

Salah satu kemampuan yang harus kita kembangkan di zaman sekarang adalah kecerdasan dalam memahami.

Arus informasi mengalir tanpa henti—siang dan malam, saat kita beristirahat atau sibuk. Informasi datang dari berbagai arah, mulai dari media sosial, berita online, hingga percakapan sehari-hari.

Saat seseorang datang membawa kabar, idealnya kita tidak langsung menelan mentah-mentah. Langkah pertama adalah memeriksa kebenarannya dan memahami konteks di baliknya.

Baca Juga: Berpikir itu Ibadah

Albert Einstein pernah berkata, “Education is not the learning of facts, but the training of the mind to think.”

Ini berarti, pendidikan sejati adalah melatih pikiran kita untuk berpikir kritis, bukan sekadar menyerap fakta tanpa pemahaman.

Ajukan Pertanyaan, Jangan Terjebak Dugaan

Sebuah pertanyaan sederhana, seperti “mengapa?” atau “bagaimana?”, bisa membantu kita memahami situasi lebih baik. Mengajukan pertanyaan seperti ini memungkinkan kita mengeksplorasi informasi dari berbagai sudut, sehingga kita bisa melihat gambaran yang lebih utuh.

Misalnya, bayangkan kamu berteman dengan B, dan kemudian C datang kepadamu dengan cerita buruk tentang B. Di titik ini, kamu punya dua pilihan: langsung percaya dan bertindak berdasarkan cerita C, atau melakukan investigasi lebih lanjut. Sikap yang bijak adalah mempertimbangkan semua informasi, dan tidak terbakar oleh provokasi atau cerita sepihak.

Contoh Kasus: Bijak dalam Bertindak

Dalam kasus di atas, sikap terbaik adalah memahami situasi sebelum bertindak. Jika benar B bersikap buruk, kamu bisa menjadikannya pelajaran untuk dihindari.

Namun, jika ternyata cerita C tidak sepenuhnya benar, maka sikapmu sebaiknya tidak terburu-buru menyalahkan B.

Sebuah prinsip yang sangat relevan di sini adalah pepatah bijak dari Mahatma Gandhi: “Action expresses priorities.” Artinya, tindakanmu mencerminkan prioritasmu. Dalam hal ini, prioritas kita seharusnya adalah memahami dulu sebelum menentukan sikap.

Fokus ke Depan: Jangan Terjebak Masa Lalu

Salah satu kunci sukses dalam menjalani hidup adalah fokus pada masa depan, dan tidak membebani diri dengan hal-hal yang tidak perlu. Banyak dari kita yang terlalu sibuk memikirkan masa lalu atau informasi yang tidak relevan, sehingga lupa melangkah maju.

Fokus ke depan berarti memilih hal-hal yang penting untuk perjalanan hidup kita. Informasi atau masalah yang tidak relevan harus kita buang.

“Ambil yang baik, buang yang buruk,” sebuah prinsip sederhana namun sangat penting dalam membangun masa depan yang lebih baik.

Dalam dunia kerja atau kehidupan sehari-hari, terkadang kita perlu mengorbankan kenyamanan untuk mencapai tujuan. Jika ada kesempatan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat, jangan menunda-nunda.

Seperti yang dikatakan oleh Steve Jobs, “Your work is going to fill a large part of your life, and the only way to be truly satisfied is to do what you believe is great work.”

Ini berarti, kita harus selalu memberikan yang terbaik, tanpa terpengaruh oleh waktu atau kondisi.

Berkontribusi Setiap Hari: Jangan Tunggu Hari Libur

Kesuksesan tidak mengenal hari libur. Banyak orang berpikir bahwa hari Minggu atau akhir pekan adalah waktu untuk istirahat total, tapi sebenarnya, setiap hari adalah kesempatan untuk berbuat kebaikan. Meskipun Ahad adalah hari libur, jika ada kesempatan untuk berbuat baik, kenapa tidak dilakukan?

Dalam hal menulis, misalnya, saya tidak pernah menunggu hari kerja untuk memulai atau menyelesaikan tulisan.

Entah Sabtu, Ahad, atau hari biasa, jika ada ide baik, saya langsung mengeksekusinya. Menunda kebaikan hanya akan menghambat produktivitas dan kontribusi kita bagi diri sendiri maupun orang lain.

Disiplin, Dedikasi, dan Kontribusi

Tiga pilar utama dalam mencapai kehidupan yang lebih bermakna adalah disiplin, dedikasi, dan kontribusi.

Disiplin adalah kunci untuk menjaga konsistensi dalam melakukan hal-hal positif setiap hari. Dedikasi adalah komitmen yang kita berikan terhadap pekerjaan atau misi hidup kita. Sedangkan kontribusi adalah hasil nyata dari tindakan yang kita lakukan, baik untuk diri sendiri maupun masyarakat sekitar.

Jadi, anak muda, jangan biarkan arus informasi menenggelamkanmu. Latih kecerdasanmu dalam memahami, dan tetap fokus pada tujuan yang lebih besar. Dalam menghadapi berbagai informasi atau situasi, pahami dulu sebelum menentukan sikap.

Seperti yang dikatakan oleh Nelson Mandela, “Education is the most powerful weapon which you can use to change the world.”

Dengan pemahaman yang lebih baik, kita dapat mengambil tindakan yang lebih bijak dan membawa perubahan positif.*

Mas Imam Nawawi

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *