Home Artikel Memahami Orang Lain itu Kunci
Memahami Orang Lain itu Kunci

Memahami Orang Lain itu Kunci

by Imam Nawawi

Dahulu, saya dan teman-teman sering mendengar nasihat Ustadz Abdullah Said yang disampaikan oleh Ustadz Hasyim. “Pahamilah orang lain bukan minta dipahami.”

Hari ini (14/7/24) saya mendapat paparan bagaimana memahami orang lain itu bisa kita lakukan dengan baik dan menenangkan hati. Tentu itu saya peroleh dari mengikuti kegiatan Hidayatullah Institute dengan narasumber yang ahli.

Seperti nikmatnya memahami ilmu, begitu pula saat kita memahami orang lain. Nikmatnya akan mendorong diri lebih bergairah dalam menjaga persaudaraan. Dalam dunia kerja akan mendorong terciptanya team work yang luar biasa.

Seperti kata Pele, “No individual can win a game by himself” (tidak ada individu yang bisa menang sendirian).

Louisa May Alcott menambahkan, “It takes two flints to make a fire” (DIbutuhkan dua batu untuk membuat api).

Baca Juga: Membaca itu Melangkah Maju

Memahami orang lain adalah kunci hidup bersama, membangun tim kerja yang mendorong perubahan secara lebih mendasar dan berkelanjutan.

Memahami Perilaku

Salah satu cara untuk bisa memahami orang lain adalah dengan melakukan observasi perilaku.

Jadi kita penting Iqra’ dengan mendalam, mengamati perilaku orang lain sehari-hari. Dalam konteks organisasi atau perusahaan mungkin itu adalah perilaku staf.

Saat kita melakukan itu, nanti kita dapat melihat antusiasme, inisiatif dan kerjasama tim setiap orang.

Pada sesi akhir kita akan dapat mengetahui nilainya. Apakah seorang staf memiliki willingness tinggi atau rendah.

Jika staf ternyata kurang terampil, tapi willingness tinggi, maka kita perlu berikan tambahan pelatihan agar meningkat keterampilan kerjanya.

Begitupun seterusnya. Dan, kalau ada staf atau karyawan skill rendah, willingness rendah, maka kita perlu berikan perhatian khusus, baik dalam bentuk pelatihan maupun motivasi.

Kondisi itu akan menjadikan seorang pemimpin memahami orang lain secara “objektif.” Dampaknya jelas, pemimpin tidak akan terombang-ambing oleh perasaan atau pun prasangka buruk.

Dengar

Pemimpin tidak boleh sekadar bisa berasumsi. Pemimpin harus terampil mengumpulkan data. Memahami orang lain harus berdasarkan data, baik itu bawahan atau pun rekan kerja.

Baca Lagi: Membaca Penting Membaca Asing

Jadi, pemimpin harus siap memberi perhatian penuh ketika orang lain berbicara. Jauhi rasa serba tahu, suka interupsi dan mengabaikan orang lain.

Lebih dari sekadar mendengar, pemimpin harus memiliki empati yang tinggi. Tempatkan diri sendiri pada posisi orang lain dan pikirkan bagaimana situasi yang mempengaruhi emosionalnya.

Kemudian luangkanlah waktu untuk berbicara secara pribadi dan tanpa gangguan dari pihak manapun. Hal itu bisa membantu orang lain merasa lebih nyaman untuk berbicara secara tulus dan terbuka.

Dalam kata yang lain seorang pemimpin harus membaca lebih dalam, berpikir lebih serius dan menganalisa secara lebih teliti. Pemimpin adalah sumber kekuatan bagi bawahan. Tidak elok jika ada sebuah kesalahan, telunjuk pemimpin main serang ke hidung orang lain.

Apabila hal itu ada dalam diri seorang pemimpin, maka kepemimpinannya akan berjalan baik, progresif, dan dahsyat.*

Mas Imam Nawawi

 

Related Posts

Leave a Comment