Memahami masalah adalah skill penting bagi setiap jiwa, keluarga, bahkan bangsa dan negara. Terutama memahami masalah secara ilmiah.
Semakin terampil memahami masalah, semakin cepat dalam menyelesaikan masalah.
Baca Lagi: Mari Maksimalkan Internet sebagai Media Dakwah
Itu pun masih menyisakan satu syarat. Yakni jika yang bertugas menyelesaikan masalah tidak sedang bermasalah, pikiran dan hatinya.
Artinya mampu bersikap jujur, amanah dan lurus. Tidak memberikan keputusan kecuali atas dasar iman dan kebenaran.
Masalah
Masalah dalam konteks yang umum terjadi dalam skala berbangsa dan bernegara harus kita dudukkan secara ilmiah.
Nah, masalah bisa kita sebut ilmiah jika memiliki tiga ciri. Pertama, terkait dengan komunikasi. Kedua, sikap ilmiah. Ketiga, metode ilmiah (lihat Metodologi Penelitian Sosial karya Dr. Drs. Ismail Nurdin, MSi, dkk).
Maksudnya ialah bahwa suatu masalah bisa disebut ilmiah apabila dapat dikomunikasikan kepada orang lain.
Tidak bisa kita sebut masalah ilmiah jika tidak dapat dihadapkan pada sikap ilmiah dan tentu saja metode ilmiah.
Kita ambil satu kasus, dahulu pada Pemilu 2019 kotak suara, kotaknya terbuat dari kardus.
Apakah itu masalah atau bukan, tergantung apakah dapat menjamin keamanan surat suara yang ada dalam kardus dari beragam potensi kerusakan, mulai dari hujan dan kerawanan penjebolan, sehingga semua secara ilmiah bisa melihat, kardus itu terjamin aman dari segala bentuk ancaman “gangguan.”
Sikap Ilmiah
Sikap Ilmiah menurut Bahm ada enam, seperti termaktub dalam buku tersebut.
Pertama, keingintahuan (curiosity). Ini akan mendorong upaya menyelidiki, investiagasi, eksplorasi dan eksperimentasi.
Kedua, spekulasi. Ketiga, kemauan untuk berlaku objektif.
Keempat, terbuka. Kelima, kemauan untuk menangguhkan penilaian (judgment). Keenam, bersifat sementara.
Semua ini hanya ilmuwan yang bisa berperan secara maksimal. Oleh karena itu kalau ke depan kita ingin bangsa ini tidak terlilit masalah yang tak teratasi, kaum cerdik pandai, intelektual, ilmuwan dan ulama harus banyak “bersuara” perihal bagaimana seharusnya masalah kita dudukkan.
Keuntungan
Ketika hal itu menjadi kenyataan, maka bangsa dan negara akan dapat banyak keuntungan dari setiap masalah yang terjadi.
Karena setiap masalah merangsang sikap ilmiah semua pihak lalu bertemu jalan keluar yang bisa memberikan penguatan terhadap kajian, praktik dan budaya berpikir ilmiah bahkan sampai ke masyarakat bawah.
Tetapi, ketika masalah hanya mengundang debat dan kontroversi, maka semakin bertambah waktu, bangsa dan negara semakin merugi.
Karena para pengambil kebijakan akan keliru dalam mengambil keputusan yang bangsa ini perlukan.
Akibatnya, semakin hari masalah yang membelit tidak pernah berubah. Pada saat yang sama juga tidak pernah terpecahkan sebagaimana harusnya.
Alice Gast dari Imperial College London pada 2015 mengatakan bahwa mengadopsi pola pikir seorang ilmuwan (mendudukkan masalah secara ilmiah) dapat membantu kita semua mendekati dunia yang berubah.
Pada level terdekat, hal itu akan mendorong bangsa ini kian progresif dan konstruktif.
Baca Lagi: Antara Angan-Angan dan Ajal Manusia
Persoalan sesungguhnya, bukan hal ini menjadi hal sulit untuk semua pihak memahami. Tetapi sebagian jiwa masih terpenjara oleh pretensi pribadi yang destruktif.*