Memahami kembali makna waktu, untuk apa? Mungkin itu yang terlintas dalam pikiran sebagian orang kala bicara tema ini.
Hal itu wajar, mengingat orang paham, waktu itu penting. Walau pun tak semua orang benar-benar melakukan hal penting seiring perjalanan waktu.
Buktinya banyak, ada saja orang yang suka membicarakan aib orang lain, bukan untuk membantu menyelesaikan persoalan. Hanya suka berbicara yang tidak ada hasil kebaikan.
Orang bangun tidur lihat HP kemudian stalking media sosial dan tidak segera beranjak dari tempat tidur juga tidak sedikit. Tahu-tahu sudah 1 jam, 2 jam. Dan, berlalu begitu saja.
Baca Juga: Lihai Menyiasati Waktu
International Data Corporation menyebutkan bahwa 80% orang memeriksa HP selama 15 menit ketika bangun tidur pagi hari.
Hal itu jadikan mereka mager (malas gerak) dan tidak kunjung beraktivitas. Padahal itu bukan tanpa dampak buruk.
Minimal dapat merusak mata, meningkatkan stres, kehilangan momentum, dan tentu saja tidak produktif.
Posisi Waktu
Waktu secara posisi atau tepatnya adalah eksistensinya adalah anugerah atau berkah dari Allah Ta’ala.
Siapapun dalam kehidupan dunia dapat kesempatan yang sama dari sisi waktu, 24 jam.
Sikap terhadap waktu ada 3 jenis orang. Pertama, kekurangan waktu karena padatnya urusan. Kedua, bingung menggunakan waktu. Ketiga, banyak waktu kosong dalam kehidupannya.
Memanfaatkan Waktu
Terkait pemanfaatan waktu Allah Ta’ala berikan panduan.
Bahwa semua urusan manusia merugikan kecuali yang agendanya adalah meneguhkan iman, melakukan amal kebaikan, dan saling menasihati supaya teguh dalam kebenaran dan kesabaran.
Jadi kalau mau tahu diri kita beruntung atau tidak, tinggal periksa, bagaimana sikap dan pemanfaatan diri terhadap waktu. Kalau banyak pada urusan baik, maka beruntunglah diri ini.
Produktif
Oang yang sadar akan makna waktu maka ia akan menjadi manusia produktif. Bukan karena ia kaya gagasan dan pengetahuan, tetapi sadar bahwa waktu harus benar-benar dimaksimalkan.
Orang seperti itu sudah lupa dengan kata menunda-nunda pekerjaan. Semua tanggung jawab dan amanah selesai dengan baik.
Pilihan untuk segera bersantai bukan bagian dari opsi apalagi prioritas hidupnya. Selalu ia ingin bermanfaat dengan menghadirkan karya yang mampu ia berikan.
Apakah tidak boleh bersantai? Silakan, tapi jangan santai itu menghambat kemajuan dan produktivitas diri, terutama dalam pemanfaatan waktu dengan baik.
Bersyukurlah
Karena kita masih bisa bernafas, maka hadirkanlah kebaikan, walau pun itu hanya senyuman.
Mulai sekarang berhentilah untuk hidup dengan karakter buruk dan mematikan masa depan.
Baca Lagi: Jangan Sampai Cepat Pikun
Seperti menunda-nunda urusan, banyak leha-leha, bicara yang tidak berfaedah, malas membaca, bertemu guru untuk menambah ilmu dan lain sebagainya.
Setiap jiwa suatu saat akan berada pada titik yang dirinya menyoal masa mudanya. Kenapa dari dahulu tidak belajar dan berkarya. Sekarang umur sudah sekian dan diri hidup terasa begini-begini saja.*