Hari ini, usai dari perjalanan panjang Tolitoli – Palu – Jakarta, saya Allah takdirkan bertemu dengan para Amil Zakat BMH Jawa Barat di Bandung (9/3). Agenda utamanya adalah melatih skill menulis.
Sepintas skill ini seperti kurang begitu penting dalam pandangan banyak orang.
Namun kala mengingat tiga tantangan utama zakat Indonesia, mau tidak mau skill ini sangat penting.
Baca Juga: Menulis itu Memulai
Saat kita memerhatikan tantangan tersebut, yang meliputi penguatan hak konstitusi warga negara dalam pengelolaan zakat, tata kelola zakat yang kian adaptif terhadap ekosistem digital zakat, kemudian tentang akselerasi kerja kemanusiaan zakat pada tataran global.
Pada saat yang sama, sebagian besar masyarakat masih memandang zakat hanya zakat fitrah sebelum Idul Fitri.
Membangun Trust
Pengelolaan zakat akan mendapat penilaian transparan bukan saja karena telah menjalankan audit, baik itu audit syariah maupun keuangan, tetapi juga laporan dalam bentuk ragam kegiatan lapangan.
Semakin sebuah lembaga amil zakat konsisten melaporkan jenis penyaluran program dalam bentuk berita, video dan meme, sangat mungkin publik akan menaruh kepercayaan.
Itu berarti skill menulis dapat menjadi faktor pendorong menguatnya trust umat kepada sebuah lembaga amil zakat.
Menulis sekarang bahkan bisa menjadi bahan untuk komunikasi lanjutan berupa meme, carousel atau video pendek. Dan, itu akan sangat kuat, karena lembaga menyediakan komunikasi tidak saja berita seperti rilis, tetapi juga sarana komunikasi visual lainnya.
Dalam kata lain, tulisan dapat memberikan pengaruh, imbauan atau pun edukasi dan arahan untuk seseorang mengambil tindakan kebaikan.
Bagi lembaga amil zakat tentu saja mereka mau berdonasi, sehingga banyak kebaikan bisa semakin luas dirasakan umat.
Meningkatnya Kecerdasan
Selain keuntungan eksternal, ketika amil sebuah lembaga amil zakat pandai menullis maka ia akan memiliki keuntungan berupa meningkatnya kecerdasan yang ada dalam dirinya.
Sebab orang yang mau menulis ia pasti mau membaca. Kemudian ia mau meluangkan waktu menuangkan pikirannya dengan realita dan program yang menjadi kewajibannya dalam bekerja sebagai amil.
Baca Lagi: Bangun Kesadaran Menulis Pegiat Pendidikan
Oleh karena itu, sudah semestinya lembaga amil zakat memiliki perhatian agar para amilnya komitmen dan konsisten melatih skill menulisnya secara berkala. Meskipun tak harus jadi seorang penulis.
Sebab hakikatnya apa yang menjadi program lembaga amil zakat, termasuk pikiran amil itu sendiri akan sangat baik jika hadir dalam ruang-ruang publik dalam bentuk produk tulisan.
Terlebih saat ini adalah era digital, yang mana masyarakat banyak menggandrungi informasi dari gadget. Artinya, semakin subur sebuah lembaga amil zakat mengisi tulisan pada internet, semakin banyak orang tahu, membaca dan semoga saja berdonasi.*