Pernahkah kita meluangkan waktu, berpikir atau merenung, mengapa Allah perlu menghadirkan ciptaan berupa gunung. Gunung itu kokoh, tinggi dan tak terjangkau oleh manusia. Saya memandang bahwa dalam ketidakberdayaan diri, tenggelam dalam cinta-Nya itu pilihan terbaik mengisi kehidupan ini.
Saya menyaksikan dan merasakan hal itu dalam perjalanan Kota Medan ke Pulau Samosir. Tampak sekali gunung begitu kokoh namun “ramah” bagi manusia. Kalau tidak, mungkin tidak ada cerita manusia bisa melaju dengan mobil atau motor memotong bagian dari gunung itu sendiri.
Sepanjang jalan, terutama pada saat akan masuk titik jalanan yang turun terus, usai melalui Kabupaten Dairi, pemandangan gunung yang besar, kokoh dan tegar langsung menyapa hati ini. Pemandangan tak kalah indah kala melalui jembatan penghubung Pulau Sumatera dengan Pulau Samosir.
Baca Juga: Mengapa Gunung Tuhan Sebutkan?
Kanan kiri ada persawahan yang membentang, memang tidak luas. Namun kombinasi padi, air danau, gunung dan langit benar-benar dahsyat sekali. Subhanallah.
Peran Gunung
Gunung memiliki peran penting bagi kehidupan manusia, yakni sebagai pasak. “Dan gunung-gunung sebagai pasak.” (QS. An-Naba: 7).
Sebuah catatan menyebut, Alquran menampilkan 39 kali kata gunung (Jibal). Artinya, manusia memang harusnya mencintai Allah, bersyukur kepada Allah atas kehendak-Nya menciptakan gunung.
Sebagai pasak, bumi laksana paku yang mengokohkan. Bumi kuat mencengkeram ke dalam bumi karena kekuatan gravitasi. Begitu sains memberikan penjelasan.
Mengapa gunung perlu sebagai pasak, untuk menjadikan bumi tidak mudah berguncang. Gunung bahkan berperan menjaga atmosfer agar tidak kabur ke angkasa dan bisa tetap melekat di atas permukaan bumi.
Baca Lagi: Merasakan Kehadiran Allah dalam Setiap Detak Jantung
Belum lagi soal kesuburan, tanaman yang bisa tumbuh dan simpanan air yang ada di dalam gunung. Oleh karena itu, jika kita mau merenung, melihat gunung kita akan semakin cinta kepada Allah. Betapa semua kebutuhan manusia, tanpa kita minta, telah Allah sediakan sempurna.
Karakter
Dalam realitas diri, sifat, peran dan kekuatan gunung bisa kita tarik sebagai upaya membangun karakter diri.
Jadilah manusia yang tak mudah goyah dalam tujuan, cita-cita, kebaikan dan kebermanfaatan. Seperti gunung, tidak hanya tampil gagah, tapi juga mengalirkan berkah.
Sebagai manusia yang ingin ridha dan rahmat Allah, maka kita harus teguh dalam mengisi kehidupan dengan nilai-nilai Islam, yang menjadikan diri kita bisa mengalirkan manfaat dan maslahat bagi semua.
Kita tahu, Nabi Muhammad SAW menjadi manusia terbaik di muka bumi, karena beliau teguh, kokoh, dan gagah dalam mengisi kehidupan ini untuk menyinari semua dengan cahaya Islam. Sekarang pemandangan bagus tersaji, anak muda suka naik gunung. Tinggal sempurnakan upaya mendaki itu diikuti oleh semangat menjadi pribadi berkarakter gunung kala turun ke dalam kehidupan nyata.*