Home Kajian Utama Maulid Nabi dan Kemenangan Diri
Maulid Nabi dan Kemenangan Diri

Maulid Nabi dan Kemenangan Diri

by Imam Nawawi

Jumat malam nanti (7/10/22) umat Islam memasuki 12 Rabiul Awal 1444 H. Malam itu masuk hari peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Tentu ini momentum kita untuk bisa meraih kemenangan diri.

Bagaimana momentum kelahiran Nabi SAW semakin mendorong diri kita memahami bahwa iman yang ada dalam dada harus terus kita rawat untuk tetap kuat dan bermanfaat serta maslahat.

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS. At-Taubah: 128).

Dalam Tafsir Al-Muyassar kita temukan bahwa sosok Nabi adalah yang amat berat melihat diri kita sebagai umatnya, dalam hal keburukan dan kesulitan.

Baca Juga: Hormat Kepada Nabi Muhammad SAW

Namun, Nabi SAW sangat antusias dan mengharapkan keimanan kita terus membaik dan meningkat. Oleh karena itu Nabi sangat besar kasih sayangnya kepada kita semua.

Akhlak

Berbicara sosok Nabi SAW kesan paling utama dan pertama adalah akhlak. Dan akhlak yang utama adalah keberanian.

Hal itu karena dalam keberanian ada dorongan memberikan semangat kerja secara terus-menerus, teratur dan optimis.

Berani untuk terus maju terus dan pantang mundur, entah itu dalam dakwah, pendidiikan maupun segala kebaikan, termasuk membangun peradaban Islam.

Lihatlah sosok Nabi SAW kala ditawarkan wanita, harta dan tahta agar menghentikan dakwah. Beliau SAW mengatakan, sekalipun matahari dan rembulan diberikan, beliau SAW tidak akan pernah menghentikan dakwah Islam.

Cinta Kepada Allah

Mencintai Nabi adalah syarat mutlak seseorang dikatakan mencintai Allah Ta’ala. Oleh karena itu memahami, meneladani dan hidup sebagaimana Nabi SAW adalah satu kewajiban.

“Katakanlah (wahai Muhammad kepada umatmu): Jika kalian benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa kalian“. (QS. Alu Imron: 31).

Maknannya jelas, kalau mau hidup bahagia, menang dan sukses, maka tidak ada cara lain kecuali meneladani kehidupan Nabi SAW.

Baca Lagi: Era Peradaban Baru

Dalam 24 jam pun tersedia, teladan demi teladan yang kalau kita ikuti akan memberi dampak kebaikan yang luar biasa.

Soal jam tidur saja misalnya. Nabi SAW biasa tidur bakda Isya’ langsung. Kemudian bangun pada tengah malam. Sedangkan sebagian dari umat Islam hari ini ada yang baru mau tidur saat Nabi SAW siap bangun qiyamul lail.

Jika urusannya adalah mencari nafkah atau ada hal yang memang baik dalam pandangan syariah, tentu tidak masalah. Tetapi kalau untuk hal yang sia-sia, maka jelas itulah yang menyebabkan manusia mudah gelisah, gampang sakit, dan rapuh mentalitasnya.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment