Kalau mendengar “AI” apa perasaan yang berkelebat dalam benak Anda? Apakah benar AI akan memarjinalkan manusia? Dan, apa iya kalau AI unggul, manusia tidak perlu kuliah?
Tidak bisa kita pungkiri, mulai banyak orang yang percaya bahwa dengan adanya AI orang tidak perlu kuliah lagi.
Baca Juga: Teknologi dan Ibadah
Mereka berpendapat AI akan mengambil alih semua pekerjaan, sehingga tidak ada lagi kebutuhan bagi manusia untuk belajar dan mendapatkan gelar.
Meski begitu AI tidak mungkin mengambil alih semua pekerjaan. Seperti pekerjaan yang memerlukan kreativitas, empati dan kemampuan beradaptasi. Lebih jauh AI sendiri tidak bisa bekerja sendiri, tanpa manusia.
Dalam kata yang lain, kuliah, masih sangat diperlukan, terutama pada jurusan yang memang menyangkut inti kehidupan, seperti ilmu-ilm dalam Islam, ilmu logika, filsafat, bahkan teknologi itu sendiri.
Sosialisasi
Kuliah bagaimanapun masih memiliki keunggulan, seperti memberi pengalaman belajar yang juga membangun kecerdasan emosional.
Kuliah juga dapat mendorong anak muda mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif.
Keuntungan penting lainnya juga mudah bertemu ahli dan senior yang berprestasi, sehingga terjadi interaksi bermutu yang tidak mungkin AI berikan.
Memfungsikan AI
AI tidak perlu kita pandang sebagai ancaman. Semua teknologi pada dasarnya sama saja, membantu urusan umat manusia.
Baca Lagi: Kreatif Melihat Indonesia
Dahulu orang senang dan sekaligus takut dengan adanya televisi, bahkan android. Teknologi satu sisi memudahkan komunikasi dengan yang jauh, tetapi juga menjauhkan yang dekat.
Akan tetapi, benarkah demikian? Tentu saja itu tergantung dari manusianya sendiri. Jadi, dalam hal ini harus ada yang namanya superioritas.
Sama dengan AI, teknologi ini sangat membantu orang menuntaskan pekerjaan teknis, sistemik.
Seperti bagaimana membuat berita, artikel dan bahkan meminta gambar dan video tanpa susah payah.
Akan tetapi, bagaimanapun manusia yang bekerja keras akan lebih “puas” daripada yang tidak tahu apa-apa tapi bisa bikin banyak hal tanpa tahu apa itu.
Nah, mahasiswa atau kuliah memerlukan data. Adanya AI membantu proses pengerjaan tugas kuliah lebih efisien. Orang tidak perlu browsing secara manual.
Akan tetapi tetap butuh kerja otak manusia, bagaimana merangkai semua “temuan” AI menjadi satu rangkaian karya ilmiah yang sistematis dan progresif.
Lalu, bagaimana kalau memang tidak tertarik kuliah dan ingin menguasai teknologi AI untuk menghasilkan uang?
Itu tidak salah. Lakukan semua, yang penting halal dan thoyyib. Toh ada AI atau tidak, perintah pertama Tuhan tetap tidak berubah, yaitu Iqra, Read, Bacalah.*