Home Kajian Utama Masih Muda Berpikir Dewasa, Mengapa Tidak?
Muda berpikir dewasa mengapa tidak

Masih Muda Berpikir Dewasa, Mengapa Tidak?

by Imam Nawawi

Banyak orang memahami bahwa hidup ini sebentar dan hanya persinggahan. Namun banyak orang terseret masalah sehingga mereka lalai untuk berpikir benar alias berpikir dewasa. Padahal berpikir dewasa ini perlu bahkan bagi anak-anak muda. Jadi muda berpikir dewasa, mengapa tidak?

Terseret masalah maksudnya adalah berlarut-larut dan hanyut dalam permasalahan yang ada. Tanpa sadar lagi betapa waktu yang terus bergulir dan itu tidak mengantarkan pada kedewasaan.

Bahkan lebih buruk diri selalu merasa benar. Namun pada saat yang sama berpikir buruk, berprasangka negatif tidak pernah hilang dalam cara berpikir diri sendiri.

Padahal kehidupan ini mestinya membawa setiap orang pada kebaikan, kedewasaan dan kebermanfaatan.

Nah, hal itu sulit terjadi kalau jiwa seseorang masih terseret arus masalah. Ia akan terperangkap oleh perasaan benar tanpa pernah sadar dan semangat melakukan kebenaran itu sendiri.

Masa Depan

Masalah siapa pun akan bertemu atau menghadapinya.

Tetapi yang terpenting adalah bagaimana masalah itu meningkatkan kesadaran diri melangkah lebih baik untuk kebaikan masa depan.

Dalam Islam setiap jiwa didorong untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Artinya dengan hadirnya masalah seseorang semestinya mampu menjadi lebih baik.

Sebab masalah terkadan adalah jelmaan anugerah bagi orang yang mau berpikir secara benar atau berpikir dewasa.

Baca juga: Gangguan Mental Akibat Pandemi

Sebagai contoh, ketika saudara-saudara Nabi Yusuf Alayhissalam memasukkannya ke dalam sumur. Remaja tampan itu tidak protes dan berprasangka buruk kepada siapa pun, lebih-lebih kepada Allah.

Ia justru semakin sadar bahwa seiring dengan masalah yang hadir ia akan menjadi lebih kuat, lebih paham dan tentu saja lebih tajam pemikirannya.

Bayangkan kalau sikap Nabi Yusuf kala itu negatif dan putus asa. Tentu kejadian itu akan memupuskan harapan hidup dan kebahagiaannya di masa depan.

Dewasa Bukan Umur

Dewasa bukan soal ukuran umur manusia semata. Tetapi sikap dan responnya dalam menghadapi apa pun, utamanya permasalahan.

Dalam bahasa yang sederhana dewasa itu antara hati, pikiran dan tindakan sinergi dan merepresentasikan nilai-nilai iman. Lebih jauh dewasa adalah soal ilmu dan akhlak.

Oleh karena itu walau pun masih muda harus mampu berpikir dewasa. Seperti Sultan Muhammad Al-Fatih. Dalam usia 21 tahun ia sudah sangat kompeten dalam memimpin pasukan bahkan negara dan sukses membangun imperium.

Dengan kata lain tidak ada alasan bagi anak muda yang kemudian mentoleransi diri sendiri kala gagal berpikir secara dewasa.

Latihan

Untuk menjadi dewasa tentu tidak cukup hanya dengan memahami teori. Tetapi juga sangat membutuhkan yang namanya latihan.

Latihan mengendalikan diri, tidak melampiaskan amarah, kemudian saling peduli dan saling menghormati.

Jangan sampai dalam hidup hati selalu cenderung pada amarah sehingga memandang semua orang jelek, negatif dan banyak kesalahan.

Baca juga: Bagaimana Kalau Facebook Ditutup?

Kemudian latihan juga bisa dengan cara meneladani sikap-sikap Nabi Muhammad SAW.

Mulai dari kala bertemu makanan yang tidak disukai sampai bagimana menyikapi kesalahan orang-orang yang awam dan masih butuh bimbingan.

Lebih dari itu bagaimana sikap kasih sayang dan hormat beliau kepada para sahabat.

Maka seperti itulah kita harus belajar. Yakni bagaimana dewasa dengan mengedepankan maslahat bagi semua.

Jadi bukan marah dan kehilangan kesadaran berpikir yang dewasa. Anak muda sangat butuh untuk melakukan latihan ini, agar masa depan baik dan menghadirkan kebaikan.*

Mas Imam Nawawi – Ketua Pemuda Hidayatullah

Related Posts

Leave a Comment