Masih ada yang bisa kita banggakan. Apa itu?
Berbicara Indonesia seperti sudah sangat tipis harapan.
Ekonomi rakyat kian sulit. Segala kebutuhan cenderungnya akan naik. Beberapa negara mulai mengalami krisis pangan, ekonomi dan lainnya.
Membeli sesuatu yang mendasar mulai “ribet.” Seperti minyak goreng dan bahan bakar minyak.
Saat yang sama kita melihat elit politik tidak memiliki kepekaan yang memadai.
Mereka tetap saja bermanuver dengan cara berpolitik 2019 yang jauh dari kata “menarik” bagi sebagian rakyat.
Tambah lagi sekarang Covid kembali “bangkit” hingga PPKM Level 2 berlaku kembali.
Semua mengarah pada 2024. Tetapi belum semua tentang bagaimana rakyat terlindungi, sejahtera dan makmur dari sekarang sampai 2024 dan seterusnya.
Baca Juga: IKN untuk Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Sebagian masih nyaman melakukan persiapan untuk tetap menjabat dengan menyiapkan narasi (tepatnya imajinasi) tentang kebaikan rakyat masa depan.
Janji sudah pernah tersampaikan.
Dan, janji itu yang tampaknya akan kembali hadir dengan kemasan ulang.
Berharap rakyat terus tidak sadar, sehingga hasrat berkuasa dapat terus terpuaskan.
Kesadaran Rakyat
Menghadapi situasi seperti itu rakyat masih punya harapan, bahkan kebanggaan. Yakni kesadaran.
Rakyat mesti sadar bahwa Pemilu 2024 harus jadi ajang pembuktian.
Pembuktian untuk benar-benar memilih pemimpin dengan kriteria yang terhormat.
Yaitu pemimpin yang secara moral, etika dan intelektual benar-benar terbukti berintegritas.
Hanya orang seperti itu yang akan tahu bagaimana menjadikan rakyat Indonesia hidup dengan martabat dan berdaulat.
Rakyat tinggal sadar bahwa kriteria itu harus tahu ada pada siapa. Dengan begitu maka segala macam jenis “bayaran” jelang Pemilu bisa ditempatkan pada porsinya.
Jangan pernah menyerahkan “mahkota” satu-satunya yang rakyat punya (yakni suara) kepada uang.
Ketika itu masih terjadi, maka kecil Indonesia ke depan akan berubah melalui gerbang Pemilu 2024. Padahal, kesadaran ini sudah mulai tumbuh.
Tapi seperti tanaman, apakah akan memiliki kekuatan dan daya tahan terhadap serangan atau sebaliknya, langsung layu karena adanya hama berupa rayuan Rupiah.
Pembuktian
Sekarang mari terus belajar dan mengamati. Bahwa setiap situasi dan kondisi yang terjadi bukan datang tiba-tiba.
Semua melalui proses yang berlangsung dari keputusan yang “rakyat” sendiri ambil.
Oleh karena itu pembuktian kekuatan dan “mahkota” yang rakyat miliki ke depan jangan tergadai oleh kepentingan sesaat apa dan siapa pun.
Edukasi politik paling kuat ke depan hanyalah kesadaran dari rakyat itu sendiri.
Oleh karena itu kalau ada yang masih bisa kita banggakan maka itu adalah moral rakyat sendiri.
Baca Lagi: Problem Pembangunan Indonesia
Apakah kita sebagai rakyat mau bergerak, bertindak dan memilih karena sebuah harapan yang harus kita perjuangkan.
Atau kita biarkan diri tersenyum lima menit karena terima bayaran. Lantas selanjutnya menyaksikan derita demi derita akibat keputusan politik yang menjerat rakyat, dari mereka yang telah membeli “mahkota” kita?*