Weekend kali ini saya berteman dengan buku karya Dr. Abdurrahman Ali Al-Hajji dengan judul “Andalusia.” Dari buku itu terungkap apa yang umat Islam siapkan untuk menaklukkan wilayah yang menjadi bagian dari Eropa itu. Ternyata ada pelajaran utama yang penting bagi kita sekarang.
Sejarah telah mengenal Andalusia sekian lama sebagai bagian dari wilayah bagian Selatan Spanyol dan kaya akan nilai dan budaya Islam.
Kehidupan intelektual berkembang pesat saat Islam mewarnai Andalusia. Masjid, istana dan pusat-pusat kebudayaan menjadi legacy budaya yang tercatat rapi dalam sejarah.
Baca Juga: Sejarah Tulisan, Seperti Apa?
Ibn Rusyd adalah satu sosok filsuf Muslim yang tumbuh dan berkembang di Andalusia. Ia sosok yang mampu memadukan filsafat Yunani klasik dengan bagian dari ajaran Islam.
Perkembangan intelektual juga terjadi pada masyarakat biasa. Ini terbukti dengan adanya Perpustakaan Al-Qarawiyyin di Granada, kemudian Perpustakaan Al-Hakam II di Cordoba.
Karya ilmiah, sastra dan keagamaan lahir begitu banyak, terutama dalam bahasa Arab.
Namun seiring waktu, sebagaimana sunnatullah, Islam di Andalusia perlahan memudar. Pada abad ke-13, tentara dari kerajaan Kristen pada bagian utara Spanyol kembali merebut wilayah yang telah bersinar dengan nilai dan peradaban Islam.
Saat Islam di Turki berhasil menaklukkan Konstantinopel pada 1453, Andalusia hilang dari genggaman umat Islam pada 1492.
Begitulah Islam, peradaban yang akan tegak dengan kekuatan iman pemeluknya. Dan, akan runtuh seiring dengan kecintaan yang mulai pudar kepada Allah Ta’ala.
Keberhasilan Penaklukkan
Penaklukkan Islam ke Andalusia bukan karena keterampilan dan kekuatan militer. Akan tetapi, kata Dr. Abdurrahman Ali Al-Hajji karena kekuatan aqidah Islam.
“Pada waktu itu, kaum Muslim belum unggul dalam kekuatan militer, sistem pertempuran, atau seni berperang. dalam penaklukkan yang dilakukan, kaum Muslim selalu memiliki persiapan, jumlah pasukan, dan persenjataan jauh lebih sedikit dibanding lawan mereka.” (halaman: 13).
Imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddin juga menerangkan bahwa pendidikan akidah adalah fondasi dari semua pengetahuan dan tindakan.
Langkah menanamkan pendidikan aqidah pun harus berangkat sejak dini, tidak bisa sporadis dan berjalan instan.
Semua itu tidak lain karena aqidah adalah akar dari semua pengetahuan. Artinya orang yang pengetahuannya banyak, tapi aqidahnya lemah, ia akan mudah goyah dalam keimanan.
Dan, Dr. Abdurrahman kembali menegaskan bahwa umat Islam dalam penaklukkan andalusia tidak menjadikan kecukupan materi sebagai penopang. Mereka tidak mengandalkan materi sebagai elemen kemenangan.
“Penaklukkan yang sesungguhnya adalah kemenangan aqidah, sehingga secara berbondong-bondong orang memeluknya dalam waktu singkat. Kemenangan dan penaklukkan Muslim merupakan “mukjizat” yang disertakan dalam kemenangan-kemenangan lainnya.” (halaman: 13).
Menguasai Teknologi Perkapalan
Pelajaran berikutnya dari masa penaklukkan Andalusia adalah kecepatan umat Islam saat itu dalam mempelajari kapal, hingga mampu membuat bahkan memiliki pabrik kapal sendiri.
Orang Islam tahu apa yang mereka butuhkan dan bagaimana cara memperoleh kebutuhan penting itu.
Umat Islam pun belajar bagaimana membuat kapal.
Kata Dr. Abdurrahman Ali Al-Hajji, adalah tidak mungkin untuk misi penaklukkan, umat Islam menggunakan kapal sewaan apalagi meminjam. Tentu menggunakan kapal sendiri dan buatan sendiri.
Para ilmuwan dan insinyur Muslim segera mengembangkan teknologi mereka sendiri, dan pada abad ke-9, mereka telah menciptakan kapal-kapal yang lebih besar dan lebih canggih daripada yang ada di tempat lain di dunia.
Baca Lagi: Membedah Buku Setiap Rabu Malam
Sejak saat itu umat Islam kian terdepan dalam hal teknologi. Teknologi turunannya pun bermunculan, seperti kompas, astrolabe, sextant (alat astronomi yang digunakan untuk mengukur sudut antara matahari dan horizon) dan alat-alat pendukung untuk pelayaran.
Dua Pelajaran Utama
Dengan demikian ada dua hal utama berupa pelajaran penting yang kita peroleh ketika mempelajari masa penaklukkan Islam di Andalusia.
Pertama, pendidikan aqidah adalah utama. Tentu saja ini berlaku sampai sekarang dan bahkan hingga kiamat tiba.
Kedua, umat Islam harus tekun membaca, rajin belajar dan terus berusaha menciptakan kebutuhannya sendiri. Karena tidak mungkin Islam menyebar ke seluruh dunia dengan meminjam alat-alat dari peradaban lain.
Artinya, budaya belajar harus menjadi identitas umat Islam, jika benar-benar ingin kembali jaya dan menyinari dunia.*