Hari ini, sepanjang kehidupan dunia, sebagian besar manusia tahunya persoalan jasad semata. Kalaupun berbicara tentang masa depan, jangkauannya juga material belaka. Mereka tidak tahu bahwa masa depan yang pasti terjadi adalah ruh berhadapan dengan Tuhan.
“Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf-shaf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar.” (QS. An-Naba: 38).
Ayat itu menjelaskan satu kondisi yang pasti terjadi nanti, pada hari setelah Kiamat. Dan, Allah meminta manusia berpikir akan hari itu, menyiapkan diri dengan sebaik-baiknya selama hidup di dunia ini.
Seluruh ruh manusia akan berbaris. Mereka semua sama, sama-sama lemah, tidak berdaya di hadapan Allah Ta’ala.
Pada saat itu, menurut keterangan Tafsir Al-Wajiz karya Prof Dr Wahbah az-Zuhaili, ruh manusia berbaris, begitupun malaikat. Namun tafsir lain menerangkan ruh yang dimaksud adalah Jibril dan malaikat-malaikan lain.
Dan, manusia akan mendapati apa yang menjadi pahala, tidak lebih dan tidak pula kurang.
Baca Juga: Perbaiki Diri Perbaiki Masa Depan
Saat itu pula, semua ruh hanya akan berbicara atas izin Allah, yang saat itu hanya ada satu kata, kejujuran. Tidak mungkin ruh mampu berbohong di hadapan Allah Ta’ala.
Pasti
Karena Alquran mukjizat dan apa yang ada dalam kandungannya pasti terjadi, maka kita harus memiliki satu sikap, memastikan diri bisa menghadapi situasi itu dengan selamat.
Keterangan Alquran itu merupakan – kita ambil istilah “ilmu jauh” – petunjuk tentang apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang.
Siapa percaya lalu mempersiapkan diri, berarti ia sedang menyulam masa depan yang indah. Sedangkan siapa yang ingkar dan mengisi hidup dengan dosa dan kemungkaran, maka ia sedang menjerumuskan dir di masa mendatang.
Dalam kata yang lain, sejauh mana kita akan selamat pada hari akhir, sejauh mana kita yakin dan memastikan diri bersiap-siap untuknya.
Akhlak
Buah dari memahami ayat itu maka kita akan berupaya bahkan berjuang bagaimana menjadi insan yang berakhlak.
Karena masa depan sejati bukan soal umur tua. Apalagi soal makanan yang akan dinikmati setiap pagi, siang dan sore.
Masa depan sejati adalah ketika amal-amal hari ini kita cicil untuk membangun dan mendapat jaminan kebahagiaan dari sisi Allah Ta’ala.
Baca Lagi: Perbaiki Pikiran untuk Hidup Penuh Energi
Lihatlah, manusia yang sadar akan hari tua, tapi lupa akhirat, mereka menempuh jalan korupsi, jalan kezaliman dan kebatilan. Berharap bisa bahagia pada akhirnya.
Namun apakah bisa orang sampai ke Jakarta sedangkan ia melaju ke arah Surabaya? Atau bisakah orang sampai Bandung, sedangkan dia tak ada niat apalagi rencana dalam hatinya?*