Suasana kehidupan akan selalu berubah, tak ada yang tetap. Sebagaimana siang dan malam silih berganti, kehidupan selalu menyediakan dua sisi, harapan dan kecemasan. Paling umum ialah perihal masa depan anak kita.
Kondisi itu sejatinya normal kala terjadi pada banyak orangtua. Menjadi masalah jika kemudian lupa untuk memiliki ilmu bagaimana mendidik iman, memberikan keteladanan, pada saat yang sama waktu yang bergulir hanya kita isi dengan ketidakpastian antara harapan dan kecemasan.
Baca Juga: Semakin Berani Akan Semakin Takut
Ungkapan Sayyidina Ali menyebutkan, “Janganlah engkau memaksakan anak-anakmu sesuai dengan pendidikanmu, karena sesungguhnya mereka diciptakan untuk menghadapi zamannya mereka, bukan zaman kedua orangtuanya.”
Artinya, orangtua punya pekerjaan rumah memahami apa yang akan dihadapi oleh anak-anak mereka di masa mendatang. Sekarang gadget sudah luar biasa, internet semakin cepat, tetapi kalau anak kita tidak punya bekal menghadapi itu semua, mereka boleh jadi akan tergilas oleh kemajuan teknologi yang kian hari kian disadari sangat potensial merusak kemanusiaan manusia itu sendiri (dehumanisasi).
Hirs Ala Manfaah
Oleh karena itu, kebaikan masa depan anak-anak kita akan tercapai kala orangtua mengerti bagaimana menumbuhkan adab dalam menuntut ilmu kepada anak-anaknya di rumah, sehingga mereka belajar tidak tergantung keadaan.

Semangatnya belajar tetap akan tinggi dan karena itu ia sungguh-sungguh dalam beajar walaupun harus ia jalankan secara daring atau jarak jauh. Menjadi problem sekarang, anak tidak mengerti hirs ala manfaah, sehingga motivasi dan semangat mereka belajar sangat terwarnai oleh keadaan. Akibatnya jelas mudah jenuh, suka lebih lama bermain, dan cenderung enggan bertanggungjawab.
Akan tetapi kala datang yang namanya hirs ala manfaah (semangat terhadap hal yang bermanfaat) maka anak akan berupaya menjadikan semua waktunya berarti dan bernilai dengan mengejar hal yang dapat membuat diri mereka bermanfaat di masa dewasanya.
Mulai dari Sholat
Mendidik anak pada dasarnya bisa gampang juga bisa susah. Tetapi yang pasti ada tuntunan bagaimana membangun mentalitas anak ke depan.
Pertama ialah memerintahkan anak mendirikan sholat.
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan sholat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” (QS. Thaha [20]: 132).
Kedua, arahkan jiwa anak kokoh pada iman dan Islam dengan seteguh-teguhnya.
“Hai orang-orang beriman, perliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…” (QS. At-Tahrim [66]: 6).
Kedua hal mendasar itu harus kita lakukan secara konkret setiap saat, sehingga tidak perlu lagi soal optimis yang berlebihan atau sebaliknya pesimis yang berlebihan.
Sejauh arah pendidikan dalam rumah menekankan dan mengarah pada disiplin anak mendirikan sholat, insya Allah kebaikan akan hadir. Selain itu kita juga akan terhindar dari api neraka. Dan, insya Allah masa depan mereka akan baik, tidak saja dalam kehidupan dunia tapi juga kehidupan akhirat.
Baca Juga: Hidup Hanyalah Perjalanan
Menariknya, orangtua yang demikian adalah orangtua yang terus menerus mendapatkan pahala dari Allah Ta’ala.
“Seseorang mendidik anaknya itu lebih baik daripada sedekah satu sha’.” (HR. Tirmidzi).
Dan, sebagai budaya yang perlu kita bangun, Rasulullah SAW juga memberikan panduan.
“Didiklah anak-anakmu terhadap tiga hal, cinta nabi-mu, cinta keluarganya dan membaca Alquran.” (HR. Thabrani).
Apabila kultur ini terbentuk dan bahkan bisa kita jiwai dengan penuh kesadaran, insha Allah ke depan anak-anak kita akan jauh lebih baik utamanya dalam hal iman, Islam, kehidupan baik dalam urusan dunia maupun urusan akhirat.
Mas Imam Nawawi_Ketua Umum Pemuda Hidayatullah


