Satu tugas penting generasi muda Islam adalah bagaimana bisa memaksimalkan internet sebagai media dakwah sesuai tuntutan perubahan.
Era sekarang kita tahu bersama adalah masa internet bercokol. Itu berarti umat Islam, utamanya kaum muda harus mampu menjadikan internet sebagai media dakwah yang efektif.
Pada masa dahulu, telah ada para senior yang benar-benar memaksimalkan media yang berlaku untuk dakwah.
Baca Juga: Pesan Gus Baha Jauhi Malas, Itu Sumber Bahaya
Pada masa 80-an, kaset menjadi media dakwah dai sejuta umat yang sampai sekarang masih enak sekali ceramahnya kita dengar, yakni KH. Zainuddin MZ.
Kemudian sempat hadir Aa Gym yang menggunakan radio, televisi, CD, kaset, buku, tabloid, majalah, koran, satelit dan internet sebagai media dakwah.
Relevan
Menjadikan internet sebagai media dakwah bukan saja sebuah tuntutan kontekstual, tetapi juga relevan.
Ya, relevan dengan nafas dan ajaran Islam itu sendiri.
Dalam dakwah ada kaidah “berdakwah dengan bahasa kaumnya.”
Tentu saja yang dimaksud bukan sebatas verbal dan tekstual, tetapi juga improvisasi media dan inovasi sesuai dengan kebutuhan jaman.
Konten dakwah pun perlu desain yang menarik dan kekinian. Hal ini karena dakwah harus menggunakan bahasa kaum yang jadi objek dakwah itu sendiri. Sekalipun tetap ada prinsip dan nilai yang tak boleh berubah, seperti niat, kemudian dampak yang harus positif dan sebagainya.
Belajar dari Tokoh
Dalam dunia internet telah ada ulama, ustadz dan dai yang jadikan youtube sebagai media dakwah.
Sebut saja seperti Ustadz Abdul Somad, Gus Baha, Ustadz Adi Hidayat, dr. Zaidul Akbar, Ustadz Khalid Basalamah, dan beberapa nama beken lainnya.
Kepada mereka kita bisa beajar bagaimana dakwah melalui saluran youtube dilakukan.
Dan, seperti kita tahu bersama, mereka tidak ada yang kehilangan jati diri. Tetap pada gayanya masing-masing.
Tidak harus “acting” seperti masa selebriti saat dakwah melalui televisi. Dan, terbukti, semua itu justru membuat publik suka.
Menulis
Satu sarana dakwah yang juga perlu kita gencarkan pada era internet ini adalah menulis.
Saya sendiri mengambil peran ini. Mengingat menulis belum banyak yang menekuni.
Sisi lain, menulis butuh tantangan, karena daya baca bangsa Indonesia masih jauh dari baik.
Namun, kalau mengingat sejarah, dakwah yang kontennya terpelihara dalam jangka panjang sampai melampaui masa berabad-abad, maka itu adalah tulisan.
Meski dakwah dengan internet melalui youtube misalnya akan terus ada dan siapa bisa akses kapan dan di mana pun. Jadi, intinya mari giatkan dakwah.
Baca Lagi: Lupa yang Mematikan
Jadilah pelaku dakwah, entah dengan menjadi dai, ustadz, penulis atau bahkan dengan menjadi editor video dan lain sebagainya.
Termasuk kebanyakan kita harus siap mendukung dengan menyebarkan konten dakwah seluas-luasnya. Jadi, ayo penuhi internet dengan dakwah Islam.*