Mari kuatkan keluarga. Tema ini bukan sekedar penting tapi memang keniscayaan yang harus terus kita hadirkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tidak lain karena keluarga merupakan benteng sebuah bangsa dan negara.
Beberapa waktu yang lalu saya mengikuti paparan seorang pakar pendidikan di Gedung Pusat Dakwah DPP Hidayatullah. Ia adalah Profesor Daniel Rasyid.
Ia mengatakan bahwa sebuah negara akan maju kalau keluarganya kuat. Pendidikan memang berhasil membawa beberapa negara mencapai kemajuan. Tetapi bisa kita lihat ketika keluarganya rapuh kemajuan itu hanya bersifat artifisial.
Indonesia adalah negara yang menyadari pentingnya pendidikan. Akan tetapi bagaimana menjaga kekuatan keluarga tampaknya masih harus sama-sama kita dukung. Waktu saya masih remaja, dalam sebuah sharing dengan teman-teman di sekolah, saya mengemukakan pendapat.
Baca Juga: Inilah Media Bagus untuk Keluarga
Apakah mungkin Indonesia pelajarnya akan menjadi orang-orang hebat. Mengingat setelah bekerja keras belajar di sekolah sebagian diantara anak-anak kita disuguhi tontonan yang amoral.
Waktu itu tontonan belum seperti sekarang. Oleh karena itu kalau hari ini banyak orang menjadi korban penipuan melalui media sosial, kemudian mengidolakan orang sesuai dengan yang ia tonton, maka sebenarnya memang pendidikan di sini menemui hambatan besarnya.
Keluarga Kuat
Keluarga yang kuat adalah yang memiliki tradisi keilmuan. Mulai ayah, ibu dan anak-anak berusaha untuk senantiasa mengisi waktu yang ada dengan beragam kebermanfaatan atau ilmu yang memberikan nilai tambah bagi kehidupan mereka.
Bahkan lebih baik lagi kalau di dalam keluarga itu juga ada produktivitas baik secara ilmu maupun ekonomi. Akan tetapi keluarga hari ini kebanyakan adalah kosong dari ilmu dalam bentuk teladan dan juga produktivitas secara ekonomi.
Mengapa demikian, adalah karena ayah dan ibu lebih banyak berada di luar rumah untuk bekerja mencari uang. Pada saat yang sama ketika anak bangun dan pulang sekolah mereka tidak pernah mencium tangan kedua orang tuanya.
Keluarga menjadi sebuah landasan dan tujuan banyak orang aktif bekerja namun pada saat yang sama banyak yang tidak mengenal apa sebenarnya keluarga itu. Bekerja supaya keluarga bahagia. Tetapi dalam realitanya ia tidak tahu bagaimana cara membahagiakan keluarga yang sesungguhnya.
Kalau 1, 2 dan kemudian 100.000 hingga 1 juta keluarga mengalami hal seperti itu maka sungguh Indonesia dalam kondisi darurat. Anak-anak akan tumbuh tanpa figur ayah dan ibu. Dan bisa kita asumsikan mereka diisi oleh figur figur lain yang belum tentu penting dan relevan.
Terlebih belakangan soal kawin cerai menjadi suatu hal yang sepertinya biasa. bukan hanya artis banyak orang yang ia tidak dikenal tetapi juga bergaya hidup seperti artis yaitu kawin kemudian cerai dan kawin lagi kemudian cerai.
Fakta
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Statistik Indonesia 2022, sebanyak 447.743 kasus perceraian terjadi pada tahun 2021. Angka tersebut mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 291.677 perkara. Data BPS tersebut hanya mencakup perceraian untuk orang Islam saja.
Sedangkan, berdasarkan data dari Badan Peradilan Agama terdapat sejumlah penyebab dari perceraian. Yakni faktor perselisihan dan pertengkaran, ekonomi, meninggalkan salah satu, KDRT, mabuk, murtad, dihukum penjara, judi, poligami, zina, kawin paksa, cacat badan, madat, dan lainnya.
Baca Lagi: Langkah Membaca untuk Memahami
Fakta itu memberikan kita petunjuk bahwa persoalan penguatan keluarga menjadi sangat mendesak dan penting bagi kita semua. Tidak ada cara lain kecuali masing-masing diri membekali jiwa dengan iman dan ilmu serta amal.
Kalau kita melihat pada tuntunan nabi shallallahu alaihi wasallam, keluarga yang kuat itu adalah yang senantiasa taqarrub kepada Allah.
Suami dan istri memperbincangkan bagaimana imannya semakin tumbuh. Bukan malah berbicara hal-hal yang secara ekonomi membuat diri tidak tenang. Kemudian pada saat yang sama ketika mengurusi apa yang ia inginkan justru kelelahan yang didapatkan.
Apabila hal itu terjadi maka anak-anak akan memiliki teladan. Dan, sebenarnya kaitan dengan kesuksesan generasi masa depan juga ditentukan oleh bagaimana kualitas keluarga di Indonesia.
Anak-anak boleh cerdas bahkan juara tapi kalau keluarga rapuh, anak itu hanya tinggal menunggu waktu untuk jatuh. Kecuali dia mendapatkan pertolongan Allah dengan iman dan Islam yang kokoh.*