Mas Imam Nawawi

- Artikel

Mari Bergerak Cepat dalam Menulis

Menjelang Silatnas Hidayatullah 2023, semua sadar bahwa kita mesti bergerak cepat. Orang mau bergerak cepat, tidak lambat-lambat, tentu sadar akan waktu yang mendekat dan jumlah urusan yang mestinya finish segera. Termasuk tim media, harus mampu bergerak cepat dalam menulis. Dalam kata yang lain, kalau ada di antara kita yang masih malas, tidak bersegera dalam kebaikan, […]

Mari Bergerak Cepat dalam Menulis

Menjelang Silatnas Hidayatullah 2023, semua sadar bahwa kita mesti bergerak cepat. Orang mau bergerak cepat, tidak lambat-lambat, tentu sadar akan waktu yang mendekat dan jumlah urusan yang mestinya finish segera. Termasuk tim media, harus mampu bergerak cepat dalam menulis.

Dalam kata yang lain, kalau ada di antara kita yang masih malas, tidak bersegera dalam kebaikan, maka alamat kita akan kehilangan kesempatan.

Baca Juga: Melatih Skill Amil dalam Menulis

Semua pemimpin, kata Ustadz Abdurrahman Muhammad, tangguh karena proses dan latihan kepekaan yang mereka alami. Jadi, akan bagaimana nanti karakter kita, sangat bergantung mampukah kita bersegera dalam kebaikan.

Terampil Menulis

Hari ini (8/11/23) saya bersama Tim Media Putri Silatnas Hidayatullah 2023 dalam rangka hal itu. Bagaimana kita mampu cepat menulis.

Cepat menulis bukan berarti asal-asalan dalam menulis. Tetapi intentsitas berlatih harus kita tingkatkan.

Lebih jauh mengatasi gap mental juga jadi agenda yang mesti segera tuntas. Sebab kadang orang itu bukan tidak bisa menulis, tetapi mentalnya belum tangguh.

Penulis yang lahir dengan semangat mengabarkan kebaikan, akan mampu memberi warna bagi kehidupan. Karena tulisannya adalah tentang kenyataan dan mengajak pada kekuatan untuk senang dengan tindakan.

15 Menit

Untuk mengukur apakah para tim media putri mampu menulis dengan cepat, waktu latihan pertama yang kita sepakati adalah 15 menit.

Saat mereka mulai berlatih menulis. Saya pun melakukan hal yang sama, yakni menulis. Itulah keuntungan menjadi mentor, anggota tumbuh, kita sendiri juga semakin tajam. Karena tidak mungkin kita menyuruh mereka berlatih pada saat yang sama kita sendiri malah tambah tertatih.

Mentor itu kata Ki Hajar Dewantara, ing ngarso sung tulodho. Saat kita menjadi mentor, pembimbing atau guru, tugas kita jelas, bagaimana menjelma sebagai teladan.

Baca Lagi: Menulis itu Memulai

Dan, nama-nama tokoh bangsa yang kita sebut dalam hal tulis menulis, itu bukan karena mereka memberi warisan kepada kita. Akan tetapi karena mereka memberikan teladan. Melalui menulis, kita semua bisa menjadi teladan dalam kebaikan.*

Mas Imam Nawawi

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *