Kamis (3/8/23) pagi saya terlibat diskusi asyik dengan seorang teman. Ia punya buku “Manusia Indonesia” karya Mochtar Lubis. Kemudian ia menyajikan Majalah Gontor Edisi Juni 2023 tentang “Peran Pendidikan Gontor Lahirkan Para Profesor.” Jadi manusia Indonesia mau kita pandang bagaimana, bebas.
Ketika saya membaca bagian 1 buku “Manusia Indonesia” terasa sekali semacam “kekesalan” seorang Mochtar. Ia menguliti sikap-sikap orang yang tampak hipokrit dengan sederet argumen dan data.
Baca Juga: Hidup Progresif Anti Lalai
Tapi saya kehilangan rasa untuk mencerna lebih jauh ketika datang Majalah Gontor bicara peran pendidikan melahirkan para profesor.
Bergerak Maju
Bagi saya, tema yang memberi stigma kepada orang, siapapun itu, cenderung kurang memberi dampak kemajuan. Kecuali tahu metode bagaimana menjadikan hal itu sebagai kekuatan bergerak maju.
Namun, bahasan tentang bagaimana melahirkan profesor, bagi saya itu sangat menarik. Sebab sejak berdiri kini Gontor telah melahirkan 80 profesor dari berbagai bidang pendidikan.
Langkah itu berhasil membuahkan kebaikan karena sistem pendidikan yang ada. Yang Kata Prof Hamid Fahmy Zarkasyi berupaya menumbuhkan al-akhlak al-karimah, kemudian mental attitude yang baik, kerja keras, percaya diri dan itulah ciri-ciri anak Gontor.
Lebih dari sekadar sistem juga ada keteladanan berupa jiwa pejuang dari Trimurti Gontor yang menginspirasi santri dalam meniti perjuangan di luar Gontor.
Sekarang sistem pendidikan dalam desain kurikulum UNIDA memang mengarah pada upaya melahirkan alumni yang mampu menjadi Guru Besar di masa depan.
Tentu saja kalau mau kita korelasikan dengan pikiran Mochtar Lubis, kalau mau maju dan berpengaruh, jauhi sikap hipokrit. Jangan kuliah menyandang status mahasiswa, tetapi etos belajarnya sangat-sangat lemah. Mahasiswa apa?
Buat Maslahat
Jadi sekarang, lihatlah apa yang ada, bahkan orang-orangnya. Tetapi, jangan berlama-lama. Segera susun agenda perubahan, membuat maslahat.
Oleh karena itu segera miliki visi masa depan yang bisa mendorong Anda sejak sekarang jadi manusia produktif.
Baca Lagi: Pemuda Progresif, Siapa Dia?
Di era digital seperti sekarang, cobalah pasang niat menambah ilmu dan wawasan atau bahkan karya setiap hari. Sebab informasi begitu banyak, masak iya, tidak bisa menghimpunnya menjadi satu kekuatan gagasan atau bahkan gerak program.
Satu kalimat menarik disampaikan oleh KH Imam Zarkasyi (wafat 30 April 1985) bahwa kita harus menjadi orang yang tahu betul apa keadaan di sekitar kita, kiri dan kanan.
Artinya, kita mungkin jadi orang Indonesia yang progresif dan beradab kalau memang tekun membaca, mau berpikir, dan komitmen dalam kebenaran.
Jangan mau hidup dengan modal tutup mata, karena itu akan membuat kita mudah terombang-ambing, bahkan tersesat. Kehilangan arah, tidak tahu membaca jejak, dan mungkin saja terpuruk.
Karena sungguh, apa yang dahulu buruk, bisa kita ubah ke depan jadi baik. Syaratnya satu, kita memulai perubahan itu dari sekarang.*