Pernah suatu waktu Nabi SAW terlambat bangun untuk shalat Subuh. Peristiwa itu terjadi saat kepulangan dari perang Khaibar. Tapi kata Gus Baha, Nabi SAW itu lupa bukan tanpa makna. Kejadian itu menjadi ilmu bagi umatnya yang terlambat bangun, bagaimana mendirikan shalat Subuh. Jadi ada panduannya. Dari kisah ini, kita tahu bahwa selalu ada makna progresif dari apapun, termasuk yang kita nilai kurang atau negatif.
Bagi manusia modern, hal itu bisa berupa kegagalan. Tapi kalau iman ada dalam jiwa seseorang, kegagalan itu bukan akhir. Justru itu awal untuk diri menjadi lebih memahami makan progresif dalam hidupnya.
Buya Hamka dalam “Pribadi Hebat” menuturkan dengan indah.
“Sesekali kita mendapatkan kekecewaan atau langkah kita terbentur. Kita pun mendapatkan pengetahuan baru yang menentukan pemikiran dan pertimbangan akal kita sehingga pandangan hidup bertambah.”
Kalau kita pinjam cara berpikir Buya Hamka ini untuk menganalisa mengapa warga Gaza tetap bertahan meski hidup seakan tanpa harapan. Tidak lain karena warga Gaza punya kecerdasan memberi makna progresif atas kesulitan yang mereka alami.
Bukankah bersama kesulitan ada kemudahan. Warga Gaza paham bahwa setelah derita ini akan datang masa kemuliaan, kebebasan dan kebahagiaan. Mereka akan tetap berjalan, bertahan dan melawan.
Demikian dengan umat Islam Indonesia yang tak henti mendukung dan membela. Dahulu Indonesia terjajah, kini merdeka. Begitu pun Gaza, kelak mereka pasti akan meraih kemerdekaan.
Mental Progresif
Mental progresif adalah sikap mental yang selalu mengarah pada perbaikan dan perkembangan dalam segala aspek kehidupan.
Ini berarti seseorang dengan mental progresif tidak hanya menerima keadaan saat ini, tetapi selalu mencari cara untuk berkembang dan meningkatkan diri, baik dalam hal pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.
Mereka tidak takut menghadapi tantangan atau kegagalan, karena mereka melihat setiap kesulitan sebagai peluang untuk belajar dan tumbuh.
Mental progresif mencakup kemampuan untuk berpikir jangka panjang, terbuka terhadap ide-ide baru, dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
Bukti nyata dari mental progresif terlihat dalam kehidupan seseorang yang terus berusaha untuk meningkatkan kualitas hidupnya meskipun menghadapi rintangan.
Misalnya, seorang profesional yang terus mengikuti pelatihan dan pengembangan diri untuk meningkatkan keterampilan teknis dan kepemimpinan, meskipun sudah berada di puncak karier.
Mereka tidak puas dengan pencapaian yang ada, melainkan terus berinovasi dan memperbaiki diri.
Dalam kehidupan pribadi, mental progresif juga tercermin dari individu yang selalu berusaha menjadi pribadi yang lebih baik, lebih bijaksana, dan lebih peduli terhadap orang lain, menjadikan setiap pengalaman sebagai pelajaran berharga untuk masa depan yang lebih cerah.
Maju Terus
Dengan demikian, tantangan yang harus kita selesaikan adalah bagaimana mampu memberi makna progresif dari apa yang kita alami.
Masa lalu buruk, artinya kita mulai mengubahnya dari sekarang agar masa depan baik.
Kebaikan hari ini, tak menjadikan hati puas dan memandang rendah orang lain. Tapi kita akan semakin maju terus dalam kebaikan.
Karena kebaikan hari ini adalah tangga untuk membentuk kebaikan pada masa depan.
Jika ini bisa ada dalam diri seseorang, maka ia akan selalu tampil sebagai inspirator. Berpikirnya tertata dan menginspirasi. Tutur lisannya mencerdaskan dan menggairahkan siapapun yang mendengar. Tapi ingat itu bukan retorika, tapi kesadaran dan keterampilan diri dalam memberi makna progresif atas apapun juga.*