Makna kekuasaan adalah tema yang saya ambil dari potongan dialog seorang anak dengan sang ibu dalam film “Kurulus Osman.”
Anak itu bernama Aladdin bin Osman Bey. Sedangkan ibunya adalah Bala binti Syaikh Edebali.
Keduanya terlibat dalam dialog yang akhirnya sang ibu memberikan nasihat perihal apa sebenarnya kekuasaan. Usai sang putra, Aladdin, merasa dirinya tak sekuat sang kakak, Orhan.
“Kekuasaan adalah keberanian berdiri bersama yang tertindas melawan yang kejam.”
Baca Juga: Masih Ada yang Bisa Kita Banggakan
Kalau nasihat itu sampai ke pemangku kebijakan negara, sepertinya keadilan tidak menjadi barang langka. Penindasan dan penganiayaan akan jauh dari kehidupan. Tetapi inilah fakta, bahwa manusia adalah produk dari kebiasaan dan orientasi hidupnlya masing-masing.
Kewenangan
Namun pada dasarnya kekuasaan berarti kewenangan yang melekat pada sesorang atau keompok orang untuk menjalankan suatu hal, bisa politik, ekonomi, pendidikan, sosial maupun militer.
Akan seperti apa kewenangan berdampak terhadap kemaslahatan sangat bergantung pada yang berwenang memahami kekuasaan.
Klaau merujuk pada pemahaman Max Weber maka kekuasaan berarti kewenangan mencappai keinginan sendiri walaupun harus menghadapi perlawanan dari orang lain.
Namun, terlepas dari apapun, kekuasaan betapapun memiliki kekuatan tetap memiliki batasan. Lihat saja bagaimana banyak pemimpin kuat tiba-tiba runtuh seketika.
Seperti Raja Louis XVI di Perancis atau Presiden Soeharto di Indonesia. Tidak lain karena kewenangan memang bukan hal yang mutlak. Selain terbatas masa juga terbatas pada keberadaan manusia itu sendiri yang cinta pada keadilan dan kedamaian.
Penindasan
Manakala seorang pemimpin melihat kekuasaan sebagai alat untuk melegitimiasi kesewenang-wenangan, menindas orang kecil, lemah dan tak berdaya, maka alamat kehancuran akan segera datang.
Akhirnya kita harus kembali pada Aladdin dan ibunya yang merupakan penopang kelanjutan kekuasaan Turki Utsmani.
Baca Lagi: Persahabatan Iman
Karena memang visinya adalah kalimat Allah, kemudian menjadikan kekuasaan sebagai pelindung orang lemah, serta sekuat tenaga menegakkan keadilan, akhirnya perjuangan membangun kekuasaan itu bertahan hingga 8 abad lamanya dan terus melegenda sampai sekarang.
Jika politisi Indonesia sadar akan hal ini, mereka tidak akan suka berteriak untuk bertengkar hal-hal yang tidak substansial. Yang kata Gus Dur, sebagian masih bermental anak-anak yang masih sekolah di jenjang Taman Kanak-Kanak.*