Home Kajian Utama Lupa yang Mematikan
Lupa yang Mematikan

Lupa yang Mematikan

by Mas Imam

Ketika beragam kemerosotan terjadi, tidak saja ekonomi, tetapi juga nurani dan ruhani, saat itu manusia mengalami kondisi lupa yang mematikan.

Dalam kitab Ad-Daa wad Dawaa karya Ibn Qayyim Al-Jauziyah, dikisahkan seseorang bertanya.

“Bagaimana mungkin seorang hamba dapat melupakan dirinya sendiri? Jika dia melupakan dirinya, maka apa yang diingatnya? Apakah yang dimaksud dengan seorang hamba yang melupakan dirinya?”

Jawabnya, “Benar. Dia telah melupakan dirinya dengan lupa yang sebenar-benarnya.

“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik.” (QS. Al Hasyr [59]: 19).

Lupa kepada Allah berarti lupa terhadap diri sendiri sebagai manusia yang tak lain hanyalah seorang hamba dengan beragam sifat lemah dan hina.

Baca Juga: Hadirkan Kecerdasan Ekstra

Menjauh dari Allah berarti mendorong diri pada perilaku kehinaan dan kefanaan yang merugikan, serugi-ruginya.

Lupa di sini bukan berarti tidak ingat, melainkan lebih mengedepankan kenikmatan semu daripada janji Allah berupa kenikmatan abadi kelak di surga, di sisi-Nya.

Dan, bagaimana mungkin orang berakal dan memilih iman akan melupakan Allah, sedangkan hanya Allah pemelihara alam semesta ini, pemelihara manusia dan tidak mungkin ada jalan lain bagi manusia kecuali patuh dan tunduk kepada-Nya.

Tetap Menyembah Allah

Dunia sekarang memang modern, teknologi memanjakan kehidupan manusia. Tetapi, bagaimanapun ini hanyalah keadaan yang pasti berlalu.

Dengan kata lain, tidak patut orang beriman menjadikan logika yang berkembang di era modern ini sebagai panduan hidup. Panduan hidup terbaik tetap Alquran dan Sunnah.

Abu A’la Al-Maududi mengatakan bahwa manusia modern ini telah dibelenggu oleh perbudakan.

Dalam bahasa Prof. M. Amin Aziz dalam The Power Al-Fatihah disebutkan manusia telah mengalami satu kejumudan hakiki, dimana teknologi harusnya dikendalikan, malah manusia tunduk dan seutuhnya dikendalikan oleh teknologi itu sendiri.

Akibatnya, masih kata Maududi, manusia belakangan terbelenggu dan karena itu pikiran dan perasaan, bahkan potensi dan bakatnya jadi gersang dan kerdil.

Despotisme, kesewenang-wenangan, ketidakadilan dan eksploitasi manusia sejak dahulu sampai sekarang terus tak terelakkan.

Obati

Dengan demikian tidak ada cara lain kecuali dengan bersegera mengobatinya.

Dalam bahasa KH. Abdullah Said (pendiri Hidayatullah), orang yang lupa kepada Allah adalah orang yang ruhaninya lapar dan haus, sehingga hatinya senang kalau ditipu oleh kesenangan dunia yang semu.

Baca Lagi: Alquran dan Nalar Sehat

Obatnya telah ditegaskan di dalam Alquran, yakni kembali menguatkan syahadat, membangun tradisi berpikir dengan landasan Iqra’ bismirabbik, kemudian memahami Alquran sebagai pandangan hidup yang harus diterapkan, didakwahkan dan diperjuangkan. Kemudian membangun tradisi ibadah dengan baik, seperti Tahajjud, tartilul Quran, hingga hijrah, dzikir dan sabar.

Jika kandungan yang termaktub dalam Alquran dari Surah Al-‘Alaq, Al-Qalam dan Al-Muzzammil itu dilakukan, maka insha Allah, lupa yang mematikan perlahan dapat diobati. Insha Allah.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment