Kabar mengejutkan kembali mewarnai langit Tanah Air seiring dengan berhamburnya berita dan pujian serta inspirasi dari seorang yang dipenjara, ternyata mampu lulus ujian doktoral secara online, ialah Habib Rizieq Syihab (3 Ramadhan 1442 H).
Tentu ini satu peristiwa yang tak semata istimewa tapi sangat luar biasa. Terutama di dalam upaya membangun peradaban di Indonesia yang kini berdasarkan suatu riset, kualitas dan peringkat membaca bangsa ini masih sangat rendah. Sampai-sampai seorangEmil Salim, merasa perlu waspada dengan pendidikan bangsa ke depan.
Selama ini kalau kita bicara politik, pemimpin utamanya, maka tuntutan yang umum muncul adalah pemimpin harus demokratis, bisa mendengar kritik dan lain sebagainya.
Baca Juga: Diskusi Indah Lintas OKP
Di sini Habib Riziq Syihab mampu hadir dengan satu uswah yang kian begitu langka dalam sosok pemimpin negeri ini, yakni pendidikan. Secara historis, SBY adalah sosok presiden yang memimpin dengan gelar pendidikan doktor. Tentu sangat baik, jika ke depan Presiden negeri ini juga memiliki latar belakang pendidikan doktoral. Sekalipun ini tidak menjamin apa-apa.
Seperti ungkapan Rocky Gerung kepada seorang yang bangga dengan gelar doktornya, “Bisa apa setelah jadi doktor?”
Ilmu
Jika ditanya, mengapa Habib Rizieq Syihab bisa belajar dan lulus ujian dari penjara, maka jawabannya sederhana karena dia seorang Muslim sekaligus Mukmin.
Dalam Islam, perintah menuntut ilmu adalah wajib, maka sangat antusias (idealnya) seorang Muslim menuntut ilmu, semakin senang jiwa dan raganya.
Imam Al-Mawardi dalam Kitab Adab Ad-Dunya wad Din menuliskan, “Ilmu adalah kesenangan yang paling mulia, bagi orang yang menyenanginya, tujuan dan kesungguhan yang paling utama.”
“Katakanlah, apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS. Az-Zumar [39]: 9).
Jadi, seorang Muslim harusnya memang cinta dengan ilmu. Karena ilmu memang penjaga terbaik.
Mush’ab bin Zubair berkata, “Belajarlah ilmu. Jika engkau mempunyai harta, maka ilmumu menjadi keindahan. Jika engkau tidak mempunyai harta, maka ilmumu menjadi harta.”
Ramadhan Kita
Kalau ditelusuri lebih jauh lagi, mengapa dalam Islam ilmu begitu ditekankan, jawabannya sangat singkat. Ayat pertama dan utama yang Allah perintahkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah perintah membaca dengan nama Tuhanmu (Iqra’ bismirabbik).
Nah, Alquran itu turun di bulan Ramadhan. Jadi, idealnya Ramadhan kita adalah bulan yang digunakan sebaik-baiknya untuk menuntut ilmu.
Dalam sejarah, dimasa Rasulullah SAW, hadir komunitas Ilmiah bernama Ashabu al-Suffah yang diisi oleh 70 sahabat Nabi SAW yang sehari-hari mengkaji ilmu dan tentu saja mengamalkannya.
Baca Juga: Pastikan Arah Hidup
Komunitas itu lahir sekitar kurang lebih 17 bulan sesudah Hijrah. Tidak lama kemudian mampu melahirkan generasi sahabat yang memiliki tingkat intelektualitas yang hebat, seperti Abu Hurairah, Abu Dzar al-Ghifari, Salman al-Farisi, dan Abdullah bin Mas’ud.
Peran lembaga intelektual ini begitu sentral, sebab, dari komunitas kajian ilmu inilah pandangan hidup Islam (Islamic Worldview) tersistemasi yang berasas Al-Quran dan al-Sunnah.
Jadi, apa yang dicapai oleh Habib Rizieq Syihab pada akhirnya menyadarkan kita semua bahwa hal pertama dan utama yang harus dibenahi oleh bangsa ini untuk kembali bermartabat dan berperadaban adalah ilmu melalui pendidikan.*
Mas Imam Nawawi_Ketua Umum Pemuda Hidayatullah