Home Artikel Loyallah pada Nilai, Bukan Manusia!
Loyallah pada Nilai, Bukan Manusia!

Loyallah pada Nilai, Bukan Manusia!

by Imam Nawawi

Suatu waktu, saya berjumpa dengan seorang tokoh. Ia menyampaikan nasihat yang menggetarkan hati: “Hidup itu harus loyal kepada nilai, bukan manusia.” Nasihat itu, meski sudah berlalu sebulan, tapi terus menggema dalam benak, bagaikan gelombang, terus datang dan semakin pasang.

Membaca kembali buku “Tokoh-Tokoh Fenomenal Penggetar Nalar” karya Yusuf Maulana, saya terpaku pada ungkapan Buya Hamka tentang nilai dan manusia.

Beliau dengan lugas menyatakan, “Nasrani tersesat, karena sangat cinta kepada Nabi Isa Al-Masih. Mereka katakan Isa itu anak Allah, bahkan Allah sendiri menjelma menjadi anak, datang ke dunia menebus dosa manusia.”

Lebih lanjut, Buya Hamka menjelaskan bahwa Nasrani, meskipun bersungguh-sungguh mencari kebenaran, namun kebenaran yang mereka dapatkan dan amalkan dengan penuh keyakinan ternyata keliru.

Kisah Nasrani ini menjadi pengingat bahwa cinta dan loyalitas yang berlebihan kepada manusia, tanpa disertai pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai yang mereka bawa, dapat menjerumuskan kita ke dalam kekeliruan.

Baca Juga: Tiga Langkah Agar Siap Optimis

Oleh karena itu dalam kehidupan ini kita harus paham nilai, bukan siapa sosok manusia yang sedang punya jabatan, kekayaan ataupun lainnya. Karena nilai abadi dan sosok bisa mati.

Dunia Kerja

Ketika seseorang bekerja dan ia tidak punya loyalitas selain pada pretensi dan cita-cita pribadi, maka ia juga tidak akan sampai pada kebahagiaan sejati. Ia akan sibuk mengincar jabatan, mengomentari pekerjaan temannya sendiri dan tidak banyak berkontribusi.

Jika orang itu memimpin akan banyak waktu terbuang karena selalu bertutur tentang ketidakpuasan hatinya kepada siapapun. Habis umurnya untuk selalu begitu. Ia lupa bahwa dirinya telah loyal pada kesemuan. Sesuatu yang akan membuat kepergiannya menguap layaknya embun pagi.

Dengan demikian, loyalitas sekali lagi harus pada nilai. Dalam Islam, bekerja itu ibadah, maka lakukan dengan baik atas landasan niat yang kuat untuk ibadah kepada-Nya. Bukan yang lain-lain. Orang yang loyal pada nilai akan fokus pada kontribusi diri dan manfaat bagi sesama.

Loyalitas Sejati

Loyalitas sejati haruslah berlandaskan pada nilai-nilai universal yang luhur, bukan semata-mata pada individu.

Bung Hatta, salah satu pahlawan bangsa, adalah contoh nyata pemimpin yang loyal pada nilai. Ketika ia melihat bahwa Soekarno tidak lagi sejalan dengan nilai-nilai yang dipegangnya, ia rela melepas jabatan Wakil Presiden.

Sekiranya Bung Hatta mengutamakan jabatan, tentu ia akan mengikuti apa pun yang dilakukan Bung Karno.

Namun, loyalitasnya pada nilai-nilai kemerdekaan dan demokrasi mendorongnya untuk mengambil keputusan yang sulit, demi menjaga keutuhan bangsa dan negara.

Loyalitas pada nilai tak selalu mudah. Di tengah gempuran kepentingan dan pengaruh, dibutuhkan keberanian untuk tetap teguh pada pendirian.

Diperlukan kecerdasan untuk memilah mana yang benar dan mana yang salah, mana yang bermanfaat dan mana yang menyesatkan.

Kompas Moral

Marilah kita jadikan loyalitas pada nilai sebagai kompas moral dalam kehidupan.

Baca Lagi: Merawat Cita-Cita Kita

Tetaplah berpegang teguh pada prinsip-prinsip kebaikan, keadilan, dan kebenaran, meskipun rintangan dan godaan menghadang. Ingatlah, loyalitas sejati bukan kepada manusia, melainkan kepada nilai-nilai universal yang menghantarkan kita menuju kebahagiaan dan kemuliaan.

Loyalitas pada nilai adalah kunci untuk membangun masyarakat yang adil, sejahtera, dan bermartabat.

Marilah kita bersama-sama memperkuat komitmen dan tekad untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa, dengan menjadikan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan sebagai landasan utama dalam setiap langkah kita.

Seperti Nabi Muhammad SAW, meski ia tersakiti karena penolakan penduduk Thaif kepada dakwah, beliau SAW tidak menjadikan amarah sebagai pedoman.

Beliau SAW tetap pada nilai terindah dalam Islam, yakni memaafkan, mendoakan dan memberikan kesempatan untuk berpikir lalu berubah menjadi Muslim. Sekarang kalau kita berkunjung ke Thaif, kita akan menemukan semua orang di sana telah menjadi Muslim. Sebuah fakta bahwa doa, keteguhan dan kesabaran tidak akan pernah Allah sia-siakan.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment