Home Artikel Literasi dan Komitmen Tidak Menikah Sebelum Membuat Buku
Literasi dan Komitmen Tidak Menikah Sebelum Membuat Buku

Literasi dan Komitmen Tidak Menikah Sebelum Membuat Buku

by Imam Nawawi

Pernah dengar kata literasi? Jawaban rata-rata mahasiswi, pasti untuk belakangan ini sering, bahkan sudah biasa.

Berangkat dari itu STIS Hidayatullah Putri mengadakan kegiatan seminar literasi (31/8/23). Tiga orang pemateri handal hadir memberikan ulasan.

Pemateri satu, seorang penulis sekaligus Ketua PENA (Penulis Muda Indonesia) Ustadz Imam Nawawi. Pemateri dua seorang penulis sekaligus dosen STIS hidayatullah Ustadz Masykur Suyuti. Dan yang terakhir ketua MCU, Ustadz Abdus Syakur.

Baca Juga: Mengapa Orang Mudah Lelah dalam Menjalani Hidup?

Waka IV STIS Hidayatullah Putri, Ustadzah Umi Salami menyampaikan bahwa keterikatan membaca menulis dan mengamalkan Kebaikan merupakan satu keterikatan yang tidak bisa dipisahkan. Oleh karena itu mahasiswa penting memahami seminar kali ini.

Iqra’ Sebagai Nafas

“Sudahkah ada iqra’ hadir bahkan menjadi nafas dalam kehidupan sehari-hari?”

Itulah kalimat pertama yang disampaikan oleh pria yang juga sering disapa Mas Imam Nawawi.

Mas Imam mendorong agar mahasiswi bergerak, berpikir untuk menulis. Siapa menulis maka ia membaca berulang-ulang.

“Menulis melatih kita untuk terus berpikir,” tegasnya.

Di akhir sesi beliau berpesan, “Jadi apapun kalian nanti, kalian harus tetap mampu dan mau menulis.”

Baca Diri Sendiri

Narasumber kedua, Ustadz Masykur menegaskan bahwa literasi itu hal utama. Dan, literasi paling minimal adalah mampu membaca diri sendiri. Hal sederhana tapi harus berulang-ulang.

Ustadz Masykur menggugah kesadaran mahasiswa dengan kalimat retorik. “Jadi, mahasiswi adalah orang yang paling sadar untuk selalu membaca, meneliti, meriset,dan menjadi problem solver. Adakah dalam diri anda?”

Kalau nama seorang mahasiswa Aisyah, lalu ia tidak menyukai ilmu, tidak mau menjadi cerdas. Kita bisa berpikir dengan membaca diri sendiri. Apa yang salah dalam diri saya.

Jangan Menikah Sebelum Buat Buku

Narasumber ketiga, Ustadz Abdus Syakur memberi pertanyaan ringkas. Kenapa harus berliterasi?

Dan, bagaimana aksi nyata dalam gerakan literasi?

Ustadz Syakur menegaskan, “Jawabannya simpel tapi berat. Rajin menulis dan kirimkan!”

“Semua mahasiswi harus mempunyai kemampuan dalam berliterasi. Karena malas berliterasi mengakibatkan malas berpikir dan membuat gagasan mati,” imbuhnya.

Baca Lagi: Mulai, Konsisten, Dan Pilih yang Kita Sukai, Itulah Rumus Menulis Paling Dasar

Pesan terakhir dari beliau “jangan menikah sebelum buat buku!”.

Kesan Peserta

“Setelah mengikuti seminar literasi ini saya semakin semangat dalam menulis,” ungkap Hawati salah satu peserta seminar literasi.

Hawati dan teman-teman semakin terpompa spiritnya kala moderator, Ustadz Rizki Kurnia Sah memberikan satu kalimat yang sangat nendang.

“Selamat datang di alam literasi bukan di alam basa-basi.” Saya dan teman-teman menjadi Kembali tersengat bahwa agenda hari ini adalah awal yang harus kami ikuti dengan keseriusan berlatih dalam dunia literasi.*

Iffah Nazhifah dan Ainul Mardiah_Mahasiswi STIS Hidayatullah Balikpapan

 

Related Posts

Leave a Comment