Home Artikel Liburan Isi Waktu dengan Berpikir, Bisa?
Liburan Isi Waktu dengan Berpikir, Bisa?

Liburan Isi Waktu dengan Berpikir, Bisa?

by Imam Nawawi

Dalam beberapa hari ini, masyarakat Indonesia mulai berada dalam masa libur. Ada yang liburan ke tempat jauh, ke kolega dan keluarga, bahkan ada yang tetap di rumah atau keliling-keliling tidak jauh dari rumah. Lalu apa yang “terbaik” bisa kita lakukan saat banyak orang liburan dan diri sendiri tidak kemana-mana? Berpikir salah satunya.

Berpikir adalah bentuk ibadah sekaligus upaya paling baik yang bisa manusia lakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini karena berpikir mengajak seseorang mengaktifkan penglihatan, pendengaran dan hati untuk menangkap berbagai hal dengan menyeluruh, baik dalam konteks ilmu, sejarah ataupun fakta terkini.

Begitu pentingnya berpikir, Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menukil hadits Nabi, “Bahwa berpikir sesaat itu lebih baik daripada beribadah setahun.” (HR. Ibnu Hibban).

Baca Juga: Pentingnya Berpikir Mengapa!

Dengan demikian, berpikir adalah amal yang utama, kaya manfaat dan tentu saja menjadikan kita semakin tumbuh sebagai insan yang kaya akan pemahaman, ilmu bahkan keimanan.

Kisah Luqman

Masih dalam Ihya’ Ulumuddin, Imam Ghazali menukil kisah tentang sosok kaya hikmah, yakni Luqman Al-Hakim.

Suatu waktu Luqman duduk sendirian, lama sekali. Lalu ada tuannya melintas dan berkata.

“Wahai Luqman, sesungguhnya kamu terus-menerus duduk sendirian. Maka jika saja kamu duduk-duduk bersama manusia, niscaya itu lebih menjinakkan qalbu (hati)mu.”

Luqman kemudian memberikan respon kepada tuannya.

“Sesungguhnya lamanya sendirian adalah lebih memahamkan bagi pikiran dan lamanya berpikir adalah penunjuk jalan ke surga.”

Artinya saat orang mulai pergi dan sibuk dengan aktivitasnya, maka itu kesempatan seseorang (yang tak kemana-mana) untuk berpikir dengan mendalam.

“Lamanya berpikir adalah petunjuk ke jalan surga,” kata Luqman memberi dorongan kepada kita bahwa berpikir itu memang harus mendalam dan tidak sebentar.

Ulul Albab

Berpikir itu memang utama. Namun ada pasangannya, yakni berdzikir. Orang yang mampu memadukan antara berpikir dan berdzikir, itulah yang oleh Allah disebut insan ulul albab.

Kata Said Hawa, akal harus kita jadikan sebagai “mitra” bagi hati. Karena berdzikir adalah pekerjaan hati.

Oleh sebab itu, ciri ulul albab adalah mampu berpikir, melakukan analisa, dan menemukan hikmah, sehingga ia selalu melihat tanda-tanda kebesaran Allah Ta’ala.

Dengan pikiran orang bisa tumbuh menjadi pribadi hebat. Namun, menjadi manusia yang super hebat ia butuh ketajaman pikir sekaligus kedalaman dzikir.

Jadi, berpikir itu utama, berdzikir itu sempurna. Ka’ab bin Malik berkata, “Barangsiapa menghendaki kemuliaan akhirat, maka hendaknyalah ia memperbanyak tafakur.”

Imam Syafi’i juga mengatakan, “Milikilah kepandaian berbicara dengan banyak diam. Dan milikilah kepandaian dalam mengambil keputusan dengan berpikir.”

Baca Lagi: Mengapa Mesti Putus Asa?

Semoga liburan akhir tahun ini menjadikan kita insan yang Allah berikan kekuatan ilmu dan hikmah untuk kebaikan hidup kita dunia dan akhirat.*

Mas Imam Nawawi

 

Related Posts

Leave a Comment