Mas Imam Nawawi

- Kajian Utama

Lebih Baik Pasca Musibah, Bagaimana Langkahnya?

Shubuh ini saya merasakan ada hal yang mendesak. Seperti biasa mendesak untuk segera saya jadikan tulisan. Temanya tentang agaimana negeri ini bisa lebih baik pasca musibah yang terjadi pada banyak tempat saat ini. Satu pelajaran yang langsung muncul ke permukaan setiap kali musibah terjadi, terutama yang berupa banjir, adalah pembabatan hutan secara tidak tepat dan […]

banjir adalah bagian dari musibah

Shubuh ini saya merasakan ada hal yang mendesak. Seperti biasa mendesak untuk segera saya jadikan tulisan. Temanya tentang agaimana negeri ini bisa lebih baik pasca musibah yang terjadi pada banyak tempat saat ini.

Satu pelajaran yang langsung muncul ke permukaan setiap kali musibah terjadi, terutama yang berupa banjir, adalah pembabatan hutan secara tidak tepat dan pragmatis. Alhasil dampak bencana alam tidak bisa kita hindarkan. Pertanyaannya mengapa bisa terjadi pada era yang katanya modern ini.

Terkait musibah banjir yang melanda Kalsel misalnya, BNPB mengatakan akan melakukan kajian lebih lanjut perihal penyebabnya dengan melibatkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Yang jelas kata BNPB pengelolaan daerah aliran sungai dari hulu ke hilir mesti kita perhatikan, seperti berita dari detik.

Pengelolaan Alam yang Amburadul

Sementara itu, Kepala Kampanye Jaringan Anti Tambang (Jatam)Nasional, Melky Nahar menilai banjir Kalsel yang sebabkan ribuan rumah terendam dan 50 di antaranya hanyut, dikarenakan alih fungsi hutan menjadi tambang dan sawit. Nah, kalau argumen ini benar, sesuai fakta lapangan, maka jelas pragmatisme bisa kita asumsikan telah menjadi akar dari setiap musibah yang melanda, utamanya banjir.

“Banjir yang terjadi, tampaknya akibat tata guna lahan yang amburadul akibat kawasan hutan berganti menjadi kawasan tambang dan sawit,” kata Melky seperti dilansir tempo.

Baca Juga: Ikhlas dalam Ketidaksesuaian yang Dihadapi

Artinya, faktor manusia dalam musibah banjir mulai terang perannya. Dari sini tinggal penguasa, mau kemana memilih langkah. Tetap mengizinkan operasional tambang dan membuka hutan jadi lahan sawit atau seperti apa?

Tentu saja jawaban secara politis bisa kita tebak. Tetapi, seorang pemimpin atas nama apapun dan dalam sudut pandang apapun, ialah yang paling bertanggungjawab terhadap segala hal yang terjadi.

Kesadaran pemimpin yang seperti ini perlu hadir, karena jika tidak, kerusakan akan menjadi hal yang rutin terjadi dan bahkan bisa mengancam daerah lain yang selama ini aman, namun karena pengelolaan alam yang amburadul, semua akan merasakan nestapa luar biasa.

Musibah dalam Islam

banjir momentum lebih baik dan tidak terus bodoh
banjir momentum lebih baik dan tidak terus bodoh

Sekarang saya ingin masuk ke wilayah personal, yakni mereka yang secara langsung merasakan akibat dari ketidaktelitian manusia di dalam mencari keuntungan dengan mengorbankan aspek dan pertimbangan keselamatan alam dan orang banyak.

Beruntung rakyat Indonesia ini mayoritas beragama Islam. Dimana letak untungnya?

Islam memberikan tuntunan jelas bahwa dalam setiap keadaan tidaklah manusia menghadapi kesulitan melainkan terbuka jalan untuk terhapusnya dosa-dosa.

“Tidak ada musibah yang menimpa umat Islam hingga sekecil duri yang menusuknya, melainkan Allah Azza wa Jalla akan menghapus dosa-dosanya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Kata musibah menurut ahli bahasa adalah “peristiwa yang manusia benci.” Jadi, manusia secara alamiah inginnya adalah kebahagiaan, bukan masalah apalagi musibah.

Al-Qurthubi berkata, “Semua peristiwa yang menyakiti kaum beriman.”

Musibah tampak memang sebuah kejadian yang membawa kerugian dan kejelekan. Dan, Rasulullah SAW menegaskan, bahwa segala sesuatu yang menyakitkan adalah musibah.

Dunia ini adalah tempat manusia diuji dan tentu saja musibah adalah bagian tak terpisahkan. Oleh karena itu, kesadaran akan adanya ujian berupa musibah sangat penting bagi setiap Muslim.

Sebagaimana orang menyelami samudra, ia akan basah oleh air. Jadi,  dasar sifat dunia memang demikian, menguji dan tidak hakiki.

Ibnu Al-Jauzi mengatakan, “Seandainya dunia bukan medan musibah, di dalamnya tidak akan tersebar penyakit dan nestapa, takkan pernah ada kepedihan yang menimpa para Nabi dan orang-orang pilihan.”

Jangan Terus Bodoh

Hal yang menarik kemudian apa yang sebenarnya terjadi dari balik musibah? Langkah ini penting kita lakukan agar kita dapat mengatasi soal bencana pada masa mendatang mulai dari cara berpikir dan sikap yang perlu kita perbaiki bersama.

Ibnu Jauzy mengatakan bahwa semua musibah terjadi karena kebodohan manusia. Dan, tidak ada yang dibutuhkan selain dari ilmu yang berlandaskan iman. Oleh karena itu, orang yang berilmu akan sangat waspada dengan musibah yang menimpanya.

Menurutnya, ketika orang berilmu terkena musibah, maka ia akan segera menyadari kesalahan apa yang telah ia lakukan. Kemudian ia pun mengambil langkah bagaimana mengatasinya. Jadi tidak terus dalam kebodohan.

Dalam Islam orang yang berilmu menyadari bahwa dalam setiap musibah terdapat pintu untuk meningkatkan derajat kemuliaan dalam pandangan Allah. Namun, jika salah menyikapi, juga terbuka pintu kehinaan.

Sebab, hakikat musibah, datangnya atas izin Allah. “Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya.” (QS. At-Taghabun [64]: 11).

Kesimpulan

Solusi terbaik adalah kembalikan kepada Allah. Lalu tatalah pikiran dan perilaku kita sesuai kehendak-Nya. Bukan lagi kalkulasi untung yang mengedepankan egoisme, hitungan-hitungan politis, serta kesadaran berpikir yang tegak atas fatamorgana berupa ilusi kosmik. Suatu keadaan yang mana manusia berpikir bahwa dengan kekayaan dan kekuasaan serta keserakahan kebahagiaan akan bisa mereka rengkuh.

Bagi masyarakat kecil, individu-individu yang merasakan derita akibat ulah tangan amburadul itu, berdoalah.

Baca Juga: Musibah itu Kini Hadirkan Kisah Luar Biasa

Rasulullah SAW bersabda, Tidaklah seorang di antara kaum Muslimin tertimpa bencana kemudian ia mengucapkan ‘Innalillahi wainna ilayhi roji’un. (Kemudian berdoa) ‘Allahumma ajirni fi mushibati wa khifli khairan minha’ (“Ya Allah, berikanlah hamba pahala atas musibah ini, berikanlah pengganti yang baik dari musibah ini), melainkan Allah akan mengabulkan doanya.”

Jika boleh saran, berdoalah agar Allah berikan negeri ini pemimpin yang adil yang membela rakyatnya sebagaimana pernah diberikan pemimpin adil kepada umat Islam pada masa dahulu. Sebab keadilan pemimpin adalah induk dari segala kebaikan dan benteng terbaik dari segala keburukan.

Dari sinilah spirit untuk lebih baik pasca musibah perlu kita hadirkan. Dan, atas semua yang telah terjadi mari belajar, perbaiki dan wujudkan ke depan pikiran dan perilaku yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Setidak-tidaknya, jangan sok hebat menantang atau mengabaikan ketentuan-Nya. Berat sobat!

Mas Imam Nawawi Perenung Kejadian
Bogor, 5 Jumadil Akhir 1442 H

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *