Leadership andal kini jadi hal yang kian penting kita perbincangkan. Terlebih pada era digital, yang mana sisi komunikasi banyak yang tak bisa kita kendalikan, walaupun sebuah ucapan lahir dari lisan diri sendiri.
Hal ini karena informasi dan teknologi semakin canggih. Tragedi Kanjuruhan misalnya, telah menjadi perbincangan dunia. Liga Spanyol pun mengheningkan cipta atas tragedi memilukan itu.
Artinya kepemimpinan andal semakin penting mendesak untuk hadir, baik dalam skala pribadi maupun organisasi.
Baca Juga: Pemimpin yang Indonesia Butuhkan
Sekarang dunia nyata tampak ayem. Tetapi dalam media sosial, perbincangan dan adu sudut pandang sedang berlangsung kencang.
Progresif
Langkah paling utama yang sangat penting ialah menghadirkan mental progresif. Mental ini mendorong diri dan organisasi lebih terbuka untuk kolaborasi dan sinergi.
Seseorang tidak lagi memandang dirinya penting karena kedudukan. Tetapi seseorang melihat orang lain penting untuk hadirnya kemaslahatan bersama.
Ini bukan lagi era one man show. Lebih jauh ini adalah era keterbukaan. Siapa gagal merespon secara progresif problem yang ada, kemudian ada yang mengunggah “aspirasinya” ke media sosial, alamat sebuah kejadian akan jadi konsumsi publik dan permasalahan akan semakin runyam.
Kepemimpinan
Kepemimpinan bukan soal struktur semata. Dalam bahasa John C. Maxwell, orang yang memimpin karena jabatan (struktur) ia berada pada kepemimpinan level dua.
Pemimpin level lima ialah yang sungguh-sungguh menyiapkan dan melahirkan pemimpin muda sekaliber dirinya untuk kelangsungan kepemimpinan ke depan.
Dalam Islam, jelas, pemimpin sejati bukan yang punya power tak terbatas, tetapi yang mampu melahirkan kebijakan maslahat bagi rakyat, kemudian terampil mengasah generasi muda siap mengemban amanah perjuangan (kepemimpinan).
Wajar kalau kepemimpinan mereka kala itu kuat. Karena mereka terampil dalam manajemen, sikap, dan memiliki kinerja yang unggul.
Jika ia mendapati bawahan mengalami demotivasi, ia datang, ia menjelaskan dan menerangkan perihal pentingnya posisi bawahan dalam mencapai tujuan bersama. Bukan malah semakin dipersalahkan dan disingkirkan.
Terobosan
Lebih jauh dalam situasi digital seperti sekarang setiap pemimpin harus memikirkan terobosan penting apa yang harus dihadirkan.
Kesadaran itu akan membawa diri sesmakin progresif, siap terbuka, sinergis dan kolaboratif untuk lahirnya satu inovasi organisasi.
Jadi bukan hanya bisa menudingkan telunjuk ke hidung orang lain, walaupun itu bawahan.
Dalam era digital seperti sekarang, kecepatan menghadirkan informasi yang tepat dan akurat sangat penting dan mendesak. Maka kehadiran sumber daya yang mumpuni sangat strategis.
Orang yang dalam era digital mampu bekerja dimanapun dan kapanpun, tidak seharusnya mendapat perlakuan “tidak adil” dengan mengharuskannya duduk di kantor setiap hari.
Sekarang sudah era WABYOD (Work Anywhere and Bring Your Own Device). Bahkan analis memprediksi ke depan adalah era WABYOD.
Saya sendiri pernah punya pengalaman. Kala itu saya sedang berada di Derawan, Berau, Kaltim. Pimpinan kemudian mengirim pesan. “Tolong buatkan ToR untuk agenda nasional.”
Baca Lagi: Islam sebagai Cara Pandang
Kurang dari 30 menit, saya lakukan, kemudian mengirimkannya. Selesai! Selanjutnya saya lihat, pertemuan berjalan dan ToR itulah yang jadi acuan bagaimana pertemuan berjalan.
Kalau pimpinan saya tidak punya leadership andal, mungkin ia akan menunggu kapan saya di Jakarta. Dan itu sama dengan membuang banyak waktu.*