Kalimat di atas merupakan judul buku karya Kamrussamad, Anggota Komisi XI DPR RI, yang dibedah di Hotel Kartika Candra di Gatot Subroto Jakarta Pusat (31/8).
Lengkapnya adalah “Pahlawan-Pahlawan Le Parle Covidnomics.”
Bagian cover terdapat wajah sejumlah tokoh yang mayoritasnya adalah Anggota Komisi XI DPR RI.
Termasuk sosok Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati yang juga memberikan kata pengantar pada buku tersebut.
Kata sambutan yang menarik bagi saya dari sosok menteri yang sempat kontroversi ini ialah perihal makna dari memori kehidupan.
Baca Juga: Apa Bentuk Jihad Kita?
“Bagi saya, memori-memori kehidupan selalu menarik untuk direnungi dan dipelajari ulang. Menjadikan kita manusia yang kecil ini, semakin dewasa dengan kerendahhatiannya. Membangkitkan kesadaran bahwa Tuhan Yang Mahakuasa terus mempergilirkan antara siang dan malam, sedih dan bahagia, sakit dan sehat, susah dan senang. Dan bahwa tugas manusia adalah berusaha dengan sebaik-baik kemampuannya.”
Isi Le Parle Covidnomics
Sebagai sebuah ide dan upaya konkret merekam apa yang terjadi selama pandemi melanda, Kamrussamad yang akrab disapa Mas KS patut diapresiasi.
Buku ini memang hadirkan poin-poin kronologis soal virus, mulai dari ulasan virus yang masih misterius, WNI dipulangkan, hingga bagaimana negara-negara yang berhasil dan ceroboh dalam menghadapi virus mematikan itu.
Kemudian melangkah pada sisi jurus stimulus yang dilakukan oleh Pemerintah, hingga Komite Covid dibentuk dan realisasi Program PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional).
Kemudian berlanjut bagaimana pandemi ini mengubur banyak mimpi, kemudian disusul oleh sisi positif yang terjadi selama pandemi, seperti e-commerce yang semakin diminati, hingga kiprah Aksi Relawan Indonesia Bersatu (RIB), KAHMIPreneur dan seterusnya.
Cukup Berimbang
Saya sempat menduga buku ini akan berisi hal yang biasa dilakukan oleh pejabat atau wakil rakyat. Ternyata di dalam buku ini juga ada naskah yang berisi gagasan-gagasan Rizal Ramli. Sosok yang sebenarnya bisa dikatakan beroposisi dengan pemerintahan saat ini.
Di sana Rizal Ramli tegas memberikan pandangannya yang mengoreksi langkah DPR RI saat ini yang dinilainya tidak lagi cukup kritis terhadap pemerintah.
“Anggota DPR juga harus kritis. Anggota DPR era sekarang sedikit sekali yang kritis dan memahami masalah. Anggota parlemen yang kritis saat ini hanya sekitar 10%. Dari 10% itu pun yang me-review, memberi saran, atau mengkritisi budget pemerintah minim sekali.
Anggota DPR era Soeharto jauh lebih dinamis dan lebih kritis. Mereka diminta kritis untuk membicarakan hal-hal yang bersifat sektoral, asalkan jangan mengkritik pribadi Soeharto dan keluarganya. Kebijakan menteri boleh dikritik karena hal ini bisa menjadi bahan review mengenai respon publik terhadap kebijakan pemerintah. Itulah yang dimaksud demokrasi, agar rakyat mendapat saluran melalui anggota DPR.”
Jadi, buku ini cukup berimbang, karena juga memberi ruang pada sisi pandangan yang secara langsung memberi catatan tajam terhadap anggota DPR, dimana Mas KS sendiri adalah Anggota DPR itu sendiri.
Catatan Pribadi
Kalau ditinjau dari sisi gaya milenial dan generasi Z yang suka selfie buku ini bisa dikatakan sebagai selfie Komisi XI DPR RI yang ruang lingkup kerjanya memang meliputi Keuangan, Perencanaan Pembangunan Nasional dan Perbankan.
Saya katakan demikian karena pada kenyataannya kerja-kerja kepahlawanan di masa pandemi juga dilakukan oleh pihak lain, termasuk umat Islam secara umum melalui kesadaran menunaikan zakat, infaq dan sedekah via Lembaga Amil Zakat Nasional atau Baznas.
Dalam kata lain di era dimana sinergi dan kolaborasi dikedepankan, jika Le Parle Covidnomics ini juga melibatkan kontribusi Lembaga Amil Zakat Nasional dan Baznas boleh jadi buku ini akan memiliki daya getar yang lebih kuat.
Terlebih secara konkret LAZ juga berkontribusi terhadap penanganan Covid-19. Sekalipun penting dipahami, ini memang bagian dari kinerja Anggota Komisi VIII DPR RI.
Respon itu terbagi dalam 3 kelompok intervensi. Pertama, intervensi kesehatan melawan Covid-19, mulai dari tindakan pencegahan seperti edukasi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), layanan penyemprotan disinfektan, penyediaan disinfection chamber, bantuan hygiene kit, layanan hotline psiko-sosial, dan pembagian masker, hingga tindakan tanggap darurat kesehatan seperti penyediaan APD (alat pelindung diri) dan ventilator, dukungan untuk tenaga medis, layanan ambulan untuk pasien dan jenazah, layanan isolasi mandiri dan pendampingan pasien, hingga pemulasaran jenazah.
Kedua, intervensi sosial untuk ketahanan pangan masyarakat terdampak Covid-19., mulai dari bantuan paket sembako, bantuan makanan siap saji, bantuan uang tunai, hingga mendorong ketahanan pangan melalui inisiatif kebun pangan keluarga.
Ketiga, intervensi ekonomi, mulai dari skema cash for work dengan melibatkan pelaku usaha mikro terdampak, seperti ojek daring, dalam kegiatan respon bencana hingga menalangi hutang masyarakat miskin terdampak.
Baca Lagi: Antara Angan-Angan dan Ajal Manusia
Namun, catatan ini lebih bersifat harapan. Secara keseluruhan buku ini cukup baik, kehadirannya dapat menjadi pelajaran bagi Anggota DPR RI lainnya untuk bisa merekam kebaikan yang dilakukan sebagai jejak kebaikan bagi generasi mendatang.
Terlebih memang Mas KS menyampaikan buku ini merupakan kompilasi pemikiran kritis, aktual dan otentik dari sudut pandang seorang pengamat, birokrat dan politisi terhadap lahirnya Undang-Undang No. 2 Tahun 2020.*