Saya akan mulai dari cerita, seorang Indra Rudiansyah, mahasiswa asal Indonesia yang tergabung dalam tim peneliti vaksin Oxford-AstraZaneca yang dipimpin oleh Sarah Catherine Gilbert.
Kisahnya saya peroleh dari menonton program Endgame Gitawirjawan di channel Youtube milik mantan seoerang menteri di era SBY pada Rabu malam (28/7).
Baca Juga: Rocky Gerung “Gila”
Ia menuturkan bahwa terlahir dari keluarga sederhana dengan ayah sebagai seorang guru dan ibu pedagang (memiliki toko). Dari sanalah sejak usia 5 tahun, ia kerap mengikuti sang ayah ke kelas untuk mengajar.
Di kelas itulah ia melihat bagaimana ayahnya mengajar. Kemudian saat SMP ia membaca salah satu buku dari kakaknya yang SMA tentang Biologi, yang disana ia mengetahui sistem peredaran darah, molekul, atom dan lain sebagainya.
Pendek kata ia tertarik dan kemudian menekuni bidang sains, akhirnya kini bisa ada menjadi tim peneliti di Oxford.
Kegemaran Bisa Jadi Alamat
Ketika ketertarikan pada Biologi hadir ia pun mendapat kesempatan ikut lomba vaksin dari Biofarma. Tidak ada yang membanggakan dari kepesertaan itu, karena ia kalah.
Namun, titik balik terjadi. Ia tetap dapat kesempatan touring ke Bio Farma melihat langsung bagaimana vaksin diproduksi dan lain sebagainya.
Kisah tersebut sebenarnya lazim dialami oleh individu-individu yang sukses menjadi sosok inspiratif. Mereka berangkat dari ketertarikan kemudian menjadi kegemaran.
Kegemaran yang benar-benar kuat, sehingga kekalahan atau kegagalan tak membuatnya menghentikan langkah apalagi merusak mental.
Andrea Hirata, penulis novel Laskar Pelangi telah memiliki kebiasaan menulis sejak SD.
Bahkan tatkala ia melihat sang guru, Ibu Muslimah tetap datang ke sekolah walau hujan deras, ia sudah bertekad ingin menuliskan dedikasi sang guru.
Saya bahkan pernah bertemu Aksa Mahmud dan sempat mendapat cerita beliau langsung, bagaimana kala kecil dirinya mengisi hari-hari.
“Saya waktu kecil jualan es ke sekolah dan membantu orangtua dengan cara menjajakan es-es ke rumah-rumah penduduk,” katanya.
Artinya, kala sekarang Aksa Mahmud sukses menjadi pengusaha memang karena ada kegemaran yang melahirkan ketekunan dan daya tahan terhadap segala ketidaknyamanan, sehingga ia konsisten di jalur kegemarannya itu, berbisnis.
Jadi, tidak salah jika dikatakan, kegemaran seseorang waktu kecil akan jadi alamat keberhasilannya di masa mendatang. Sekalipun ini tidak berlaku mutlak.
Kegemaran yang Mengantarkan ke Surga
Berbicara orang sukses karena kegemaran hidupnya kala kecil tentu tidak sedikit referensinya, nyaris di setiap zaman ada.
Namun, berbicara kegemaran yang mengantarkan seseorang ke surga ini yang tampaknya perlu disegar-segarkan.
Seorang pemimpin akan mencapai derajat yang tinggi jika kegemarannya memang berkualitas dalam pandangan Allah Ta’ala.
Rasulullah SAW bersabda, “Sehari seorang pemimpin yang adil lebih utama daripada beribadah 60 tahun dan satu hukum ditegakkan di bumi akan dijumpainya lebih bersih daripada hujan 40 hari.” (HR. Thabrani).
Hadits tersebut dapat dimaknai bahwa seorang pemimpin yang gemar menegakkan keadilan dan hukum secara benar, maka jelas ia sangat mulia dan luar biasa, bahkan akan masuk ke dalam surga.
Sebaliknya, pemimpin yang gemar membuat keputusan zalim dan merobohkan pilar-pilar hukum dan kehidupan, sungguh kegemaran itu akan menyiksa kehidupannya, cepat atau lambat, di dunia atau pun di akhirat.
Dan, siapapun yang gemar mengasihi anak-anak yatim, baginya surga.
“Orang yang memelihara anak yatim di kalangan umat Muslimin, memberikannya makan dan minum, pasti Allah akan memasukkannya ke dalam surga, kecuali ia melakukan dosa yang tidak bisa diampuni.” (HR. Tirmidzi).
Baca Juga: Islam Sebagai Peradaban
Jadi, mari kuatkan kegemaran yang baik dalam kehidupan ini. Insha Allah itu akan jadi alamat, tanda atau isyarah bahwa ke depan kita akan meraih kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
Yang masalah, kalau sampai sekarang belum ada kegemaran baik yang dipilih dan ditekuni, tentu ini sebuah tragedi yang harus segera disolusikan. Jangan terlambat!*