Sekalipun kata membaca ini sering kita dengar dan mungkin bahas, masih banyak orang gagal membaca. Yakni membaca untuk memahami. Tentu saja berikutnya ialah mengamalkan.
Saya dapat keterangan menarik soal membaca untuk memahami ini dari Gus Baha.
Dalam satu sesi kajian kitab, Gus Baha mengatakan, misalnya kita bertemu ayat tentang perintah Allah kepada Nabi Musa agar berkata lembut kepada Fir’aun.
Kalau kita adalah orang yang membaca dalam arti i’tibar (mendapat pelajaran) maka itu membentuk pemahaman dalam diri bahwa betapa Allah itu Maha Penyayang.
Baca Juga: Sumber KetenanganÂ
Kepada orang kafir seperti Fir’aun saja Allah memerintahkan Nabi Musa berkata lembut.
Jadi, bisa semakin mantap pemahaman diri bahwa Allah benar-benar Maha Pengasih dan Penyayang.
Tidak kemudian membaca itu artinya orang bisa mengulang kata-kata itu. Jika masih seperti itu, maka namanya penutur atau menceritakan kembali isi Alquran.
Siksaan Allah
Membaca yang demikian akan mudah mengantarkan kita pada satu pemahaman yang lebih maju lagi.
Sebagai contoh kapan orang-orang yang mendustakan Allah itu mendapat siksaan. Ialah ketika mereka telah mendapat pembuktian dari Allah melalui Nabi dan Rasul bahkan sebagian kitab suci, namun mereka tetap menolak beriman.
Jadi, Allah tidak menyiksa sewenang-wenang, mentang-mentang Allah Tuhan Semesta Alam. Tidak demikian.
Dalam kata yang lain, Allah menggunakan tahapan, memberikan kesempatan setiap manusia untuk berpikir dan mengerti seruan dakwah Nabi dan Rasul.
Tapi kala mereka menolak, apalagi melawan bahkan mencelakakan Nabi dan Rasul, maka Allah tidak akan tinggal diam.
Paham Ayat
Pada akhirnya, tugas kita sekarang ialah bagaimana paham terhadap ayat-ayat Allah, baik yang ada dalam Alquran maupun yang ada dalam Alam semesta.
Abdullah bin Muhammad As-Saleh Al-Mu’taz dalam bukunya “Pelajaran Hidup dari Kisah-Kisah Musa Alayhissalam” menjelaskan, bahwa ayat-ayat Allah itu mengandung pelajaran, hikmah, pencerahan dan penyadaran.
Baca Lagi: Siapa Membaca Dia Menguasai
Itu berarti langkah penting ke depan dalam interaksi diri dengan Alquran dan alam ini ialah memahami betul apa yang terjadi dan mengerti betul bagaimana bersikap dengan tanda-tanda baik yang sifatnya informatif atau pun lebih dari itu, menghendaki sikap dan perilaku yang lebih baik.*