Home Opini Langkah Kekuasaan yang Menghancurkan
Langkah Kekuasaan yang Menghancurkan

Langkah Kekuasaan yang Menghancurkan

by Imam Nawawi

Tiba-tiba saya teringat bagaimana Uni Soviet runtuh. Dan, pada masa pemerintahan Mikhail Gorbachev selaku Presiden Uni Soviet pada 1985 kehancuran itu kian tak terhindarkan. Sejarah mencatat itu karena kebijakan kekuasaan yang entah disadari atau tidak, justru memantik kepunahan.

Pertentangan antara kelompok moderat, konservatif dan radikal mengguncang sistem kokoh komunisme Uni Soviet saat itu. Puncaknya ditandai dengan kemunduran Gorbachev.

Baca Juga: Tenang, Tuhan Tidak Tinggal Diam

Dan, pemicu terkuat langkah kekuasaan kian menghancurkan eksistensi Uni Soviet adalah kerusakan sektor ekonomi. Indikasinya sangat simpel, kebijakan ekonomi yang ada menguntungkan bagi pemerintah, namun menyulitkan bagi rakyat. Harga barang-barang naik dan kinerja pemerintah tak berubah.

Keburukan-Keburukan

Uni Soviet lancar menuju kepada kehancuran karena negara membiarkan para penguasanya melakukan korupsi.

Kemudian, pemimpin yang ada, seperti Presiden Mikhail Gorbachev juga gagal melakukan perbaikan. Mungkin karena korupsi sudah terlanjur menggurita.

Tidak terwujudnya pemerataan ekonomi. Sistem ekonomi sentralistik diduga menjadi sebab dari semua itu. Kondisi kala itu sampai masyarakat kekurangan bahan konsumsi.

Hal itu ternyata karena praktik penimbunan barang menjadi hal yang biasa. Lambat laun kelumpuhan ekonomi tak bisa lagi mereka hindari.

Akhirnya muncul rasa tidak puas dari kalangan kelas menengah dan kelompok elit.

Kemudian, muncul gerakan-gerakan separatisme. Ya, buat apa bernegara kalau harus susah dan menderita.

Lebih baik merdeka untuk memperjuangkan kehidupan yang lebih baik. Mungkin begitu pemikiran yang berkembang karena tak lagi mungkin Uni Soviet bisa tegak berdiri lagi.

Itulah akhirnya yang menjadi sebab 15 negara baru muncul di kawasan Eropa Timur, termasuk Ukraina.

Ibnu Khaldun

Berbicara runtuh dan bangkitnya bangsa atau lebih tepatnya peradaban, Ibnu Khaldun (1332-1406) telah menyampaikan indikasi-indikasinya.

Menurut penulis kitab “Muqaddimah” itu, penyebab kehancuran sebuah bangsa atau peradaban, umumnya karekan faktor internal yang tak tertangani dengan baik. Faktor eksternal mungkin ada, namun tidak sedahsyat dampak dari buruknya kondisi internal.

Mungkin, capaian pembangunan fisik luar biasa. Namun, kalau penduduk yang ada justru mengalami dekadensi moral, maka itulah syarat pertama yang pasti, mau tidak mau akan menjadi pemicu keruntuhan. Karena pada akhirnya yang akan jadi program utama adalah mengabaikan pembangunan sumber daya manusia (yang beriman dan bertakwa).

Kemudian hukum menjadi permainan alias tumpul. Masyarakat melakukan maksiat tidak akan menimbulkan kerusakan cepat dan masif. Namun, kemaksiatan raja, penguasa, dan hakim, akan memuluskan langkah suatu bangsa pada kemunduran, bahkan kehancuran.

Selanjutnya, solidaritas yang luntur. Artinya orang sudah tidak lagi melihat persaudaraan dan persatuan sebagai hal yang utama untuk diperjuangkan. Akibatnya orang berpikir tentang nasib diri dan kelompok masing-masing.

Baca Lagi: Menjadi Guru Peradaban

Nah, kalau sejarah Uni Soviet dan pandangan Ibnu Khaldun misalnya kita gunakan untuk memotret situasi dan kondisi Indonesia belakangan ini, akan kemana kah kira-kira wajah bangsa dan negara ini ke depan?*

Mas Imam Nawawi

 

Related Posts

Leave a Comment