Setiap orang tentu punya kemampuan “menulis.” Bedanya ada yang dapat bertumbuh dan menjadi kekuatan, seperti menulis berita atau opini. Ada pula yang kemampuan “menulis” itu terhenti hanya pada bentuk status media sosial. Lalu, bagaimana kemampuan “menulis” kita berkembang, menjadi lancar terutama untuk tujuan publikasi?
Pertama, pandai-pandailah mengamati keadaan. Endus sekitar dengan baik, mulai suasana, ungkapan orang-orang, hingga target utama, yaitu pernyataan dari narasumber.
Baca Juga: Anggun Tentang Menulis
Kedua, segera tuliskan, dalam kondisi tidak ideal sekalipun segera tulis. Karena kalau menunggu, tangkapan kita itu terbatas. Jadi, ketika menunggu nanti, di sana, lalu pada saat setelah melakukan ini dan itu. Bisa kita prediksi sikap menunggu pasti tidak bermutu, karena ingatan kita terbatas, keadaan hati kita bisa berubah.
Serahkan
Jika menulis untuk berita itu kita berperan sebagai reporter, maka segera sampaikan tulisan itu ke “meja” editor.
Satu hal yang perlu kita pastikan adalah, tangkapan berupa statement narasumber benar-benar sama. Jangan ada yang kurang, lebih, apalagi ada yang hilang.
Segera serahkan dan fokus pada target pemberitaan berikutnya. Seperti seorang tentara dalam pertempuran, setelah berhasil pada satu target, segera beralih pada target berikutnya.
Latihan
Latihan akan membentuk kebiasaan. Kebiasaan akan mengasah insting. Dan, saat itu telah kita lewati maka kita akan mudah menjadi penulis yang berkarakter.
Mulai dari kelincahan, fokus tulisan, hingga perasaan diri yang ingin terus naik level dalam skill menyaikan berita dengan lebih baik dan lebih baik lagi.
Baca Lagi: Menulis itu Memulai
Sekarang, mulailah berlatih. Jangan merasa lelah dalam belajar. Kalau pun capek, menepi sejenak. Besok bersama sapaan cahaya mentari, bangkitlah. Bangkit seperti tanam-tanaman yang bersukaria setiap kali matahari menyapu kegelapan.*