Apa kesan pertama kalau mendengar kata takwa dan sabar? Mungkin ada yang merasa dua diksi itu abstrak, tidak enak untuk jadi pilihan hidup. Tetapi benarkah demikian sebenarnya? Satu hal yang pasti dua hal itu adalah kunci kemenangan dalam hidup. Mau bukti?
Saat orang butuh biaya hidup, nasihat takwa sepertinya tak membuka jalan. Tapi kalau mau berpikir panjang, jangan kebutuhan hidup, kebutuhan hidup penuh makna itu jalan utamanya takwa.
Begitu pun soal merancang keberhasilan dalam kebaikan, landasannya jelas: sabar. Tetapi mengapa sebagian orang masih tidak memilih dua jalan penting itu?
Takwa Melahirkan Karakter
Saat kita perhatikan secara seksama, takwa itu bukan konsep yang abstrak. Takwa bahkan sangat implementable.
Bagaimana tidak, orang bertakwa itu kata Allah adalah yang meyakini Alquran tanpa ragu secuil pun.
Sekarang, kalau hati kita merasa kerap gelisah, cara terbaik mengidentifikasinya bukan pada masalah yang sedang melanda. Tetapi apakah hati punya pegangan dalam menghadapi soal-soal kehidupan itu.
Kalau hati seseorang 100% yakin kepada Allah melalui Alquran, maka ia tidak mungkin bertemu kegelisahan.
Gelisah hati manusia itu muncul karena ia berharap sesuatu dengan sudut pandang yang salah atas apa itu kebahagiaan, keberhasilan dan ketenangan.
Bagi Fir’aun, ia akan bahagia kalau semua potensi yang merongrong kekuasaannya ditumpas. Maka ia menyembelih semua bayi laki-laki Bani Israel. Terkesan seperti “visioner” tapi langkah membunuh bayi adalah kebiadaban.
Oleh karena itu takwa kalau ada dalam hati seseorang, ia akan membentuk karakter. Tidak mudah goyah, tenang dalam mengarungi kehidupan, serta yakin Allah pasti menolong. Dan, orang yang begitu artinya telah memegang kunci kemenangan dalam hidup.
Ibrah dari Nabi Yusuf
Ketika Nabi Yusuf berdiri bersama saudaranya, Bunyamin, saudara-saudaranya yang dahulu zalim heran dan bertanya: “Apakah Anda Yusuf?”
Nabi Yusuf menjawab. “Iya saya Yusuf. Dan, ini saudaraku.
“Allah telah memberi begitu banyak nikmat kepada kami.. Sesungguhnya siapa yang bertakwa dan bersabar, maka Allah tidak akan menyia-nyiakan kebaikan.” (QS. Yusuf: 90).
Jadi takwa dan sabar itu sangat operasional. Cek, simak, pelajari, ambil ibrah dari Nabi Yusuf as. Ketika beliau dilempar ke dalam sumur, kemudian menjadi budak dan karena fitnah masuk penjara. Putra Nabi Ya’kub itu tak kehilangan kompas.
Ia tetap pada sikap mental sebagai pemenang, yakni takwa dan sabar.
Menariknya, konsep takwa dan sabar ini bisa jadi milik siapapun. Bisa jadi kekuatan seorang presiden, menteri, gubernur, dan seterusnya. Tapi untuk bisa merasa butuh terhadap takwa dan sabar, ia harus benar-benar sukses menyembelih egoisme dalam dirinya.
Karena Allah tidak menyukai orang-orang yaang sombong. Yaitu orang yang merasa dirinya akan berhasil, sementara cara berpikirnya tak sesuai dengan apa yang Allah kehendaki.
Apa yang Allah kehendaki? Kalau ada masalah, beban hidup, minta tolonglah kepada Allah. Shalat dan sabar, kemudian takwa. Itulah cara terbaik mengukir kehidupan yang sukses dan menginspirasi. Itulah kunci kemenangan hidup yang sejati.*