Kumpulkan kekayaan dengan korupsi, apakah itu jalan terbaik hadapi inflasi?
Terkadang pikiran ini agak sulit memahami mengapa orang punya jabatan masih merasa kurang dengan kekayaan yang telah ada sampai nekat korupsi. Apa mereka mengumpulkan kekayaan seperti itu sebagai kesiapan menghadapi inflasi dari rencana kenaikan BBM?
Itu tidak mungkin. Justru rakyat biasa yang harusnya khawatir. Tapi mungkin karena rakyat biasa tidak terlalu sering membaca berita, tidak tahu apa itu inflasi. Sikapnya tenang, santai saja.
Sedangkan orang kaya, punya jabatan, tambah pinter, biasanya paling tahu kondisi dunia. Seperti kata berita, nyaris semua negara sekarang sedang berjibaku mengatasi laju inflasi. Jadi kudu siap-siap, begitu mungkin.
Inflasi sudah seperti ‘penyakit,” membawa dampak negatif. Ada positifnya, tetapi negatifnya lebih besar.
Baca Juga: Dilema Presiden Antara Pertahankan atau Kurangi Subsidi Energi
Nah, kala inflasi tinggi, maka ekonomi kesleuruhan juga bisa terganggu. Mungkin juga terbanting hingga remuk tulang rusuk ekonomi sebuah negeri.
Menurut Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto inflasi paruh kedua 2022 akan bakal bergerak naik karena lonjakan harga komoditas global, faktor cuaca, hinggga terganggungnya produksi pertanian yang terjadi di beberapa daerah (Koran Republika, 22/8/22).
Jaminan Uang
Uang memang bisa memberikan jaminan, apalagi kalau urusan daya beli. Semakin banyak uang yang dimiliki semakin aman menghadapi situasi apapun. Mau harga BBM naik 10 kali lipat, kalau uang ada, aman.
Dalam teori ekonomi juga begitu bunyinya. Bahwa kunci utama menghadapi inflasi adalah daya beli masyarakat.
“Selagi masyarakat masih mempunyai daya beli yang memadai, inflasi yang bergerak di atas angka asumsi masih terbilang aman.” (Lihat Koran Republika halaman:13).
Pertanyaannya, kalau memang rumus jos menghadapi inflasi seperti itu, mengapa pemerintah justru punya rencana menaikkan harga BBM yang justru menjadi pemicu inflasi?
Apa yang korslet dalam cara berpikir seperti itu? Satu sisi negara ingin sukses hadapi inflasi. Sisi lain pemerintah ingin memicu terjadinya inflasi?
Kebingungan mana lagi yang harus kita alami?
Keterbatasan Uang
Uang dalam realitas terbatas seperti segala-galanya. Karena uang memang membuat hidup dan keinginan manusia mudah untuk terwujud, kapan dan dimana saja.
Tetapi, menarik ungkapan seorang Zayed Fadi sosok penjahat dalam Film Teskilat.
Ia mengatakan kepada koleganya yang sangat gila uang.
“Anda pikir anda bisa membeli segalanya dengan uang. Itu adalah kesalahan.”
Fadi melanjutkan. “Anda dapat membeli makanan dengan uang, tetapi Anda tidak dapat membeli nafsu makan.”
“Anda dapat membeli obat, tetapi Anda tidak dapat membeli kesehatan,” tambahnya lagi.
Kemudian ia meneruskan, “Anda dapat membeli pengetahuan, tetapi itu tidak akan membuat Anda lebih pintar.”
Bahkan ia berkata, “Anda dapat membeli hiburan, tetapi Anda tidak akan mendapatkan kesenangan.”
“Anda dapat menemukan orang-orang yang akan bekejra untuk Anda demi uang. Tetapi Anda tidak dapat menemukan teman.”
Terakhir ia mengatakan, “Dan pertama-tama untuk uang Anda dapat membeli cangkang segalanya. Tetapi Anda tidak dapat membeli inti dari cangkang itu.”
Jadi, kalau kita perhatikan secara seksama uang hanya bisa membeli apa yang sifatnya fisik, ia tidak mampu membeli kebahagiaan, apalagi keimanan.
Oleh karena itu menarik logika yang Ustadz Abdullah Said sampaikan kepada para kadernya.
Baca Lagi: Viral Akhlak Penentu Kemenangan
Cobalah tanya, mana yang lebih bahagia, orang yang mabuk-mabuk semalam suntuk daripada orang yang tahajjud pada sepertiga malam.
Tetapi bagaimanapun umat Islam harus unggul dalam hal kekayaan. Kumpulkan kekayaan penting dalam hidup ini. Karena dengan kekayaan itu jihad amwal bisa kita wujudkan, seperti Utsman bin Affan ra. Dengan kekayaan ia menjadi hamba Allah yang sangat bermanfaat bagi umat.*