Pagi hingga siang hari tidak biasanya saya datang ke satu titik tempat orang “nonkrong.” Tapi tidak untuk hari ini, saya malah datang ke satu titik di bilangan Margonda. Setelah ketemu kolega, Mas Deddy Rahman satu kata yang kuat dan menggelitik saya segera menarikan jemari adalah soal leadership diri.
“Leadership itu seperti wadah, Mas. Jadi selama saya pelatihan lima hari itu, fokus bahas leadership, yang intinya itu harus terus dikuatkan. Sebagai wadah leadership harus terus tumbuh. Kalau tidak, ide, gagasan, program atau bahkan dana dimasukkan, sebesar dan sebanyak apapun, pada akhirnya leadership yang menentukan, pantas tidak organisasi tumbuh besar dan bermanfaat besar,” katanya.
Saya pun bernalar soal bangsa Indonesia ini. Negeri ini tidak kurang orang hebat, cerdas, dan berwawasan. Tetapi, harus diakui negeri ini memang kurang sosok yang punya leadership kuat.
Baca Juga: Rocky Gerung “Gila”
Buktinya sederhana, kita lihat fenomena kedisiplinan. Idealnya pemimpin itu bisa memberikan contoh konkret perihal konsistensi yang terus-meneerus di hadapan rakyat.
Soal kedisiplinan misalnya, apakah semua anggota DPR hadir pada sidang-sidang penting, apakah pejabat suatu daerah datang tepat waktu dalam agenda yang diadakan oleh rakyat? Kalau pejabat sering terlambat dengan alasan ini dan itu, alamat tidak kuat leadership di dalam dirinya.
Membangun kedisiplinan memang bukan perkara mudah. Setidaknya butuh tiga hal, yaitu loyalitas, dedikasi dan integritas. Orang akan punya energi untuk disiplin hanya ketika tiga hal itu menyatu di dalam dirinya. Lebih-lebih kalau itu berdiri tegak di atas landasan keimanan.
Menghargai
Seorang pemimpin sejati tidak akan memandang orang lain sebagai tidak berguna, apalagi hanya diperkuda untuk kepentingan dirinya.
Sebuah buku yang saya baca mengisahkan perjalanan seorang pengusaha kaya raya. Ia memandang karyawannya dengan penuh penghargaan.
Katanya, “Saya tidak mungkin seperti sekarang tanpa ditunjang oleh karyawan-karyawannya. Merekalah (para karyawan) yang membuat saya kaya dan tugas sayalah membuat mereka bertambah baik. Tidak hanya dalam hal gaji yang layak, tetapi juga peningatan pengetahuan dan keterampilan, serta penciptaan suasana kerja yang menyenangkan.”
Itu salah satu bukti atau indikasi leadership seseorang bagus. Lebih bagus lagi seperti ungkapan John Quincy Adams.
“If your actions inspire others to dream more, learn more, do more, and become more, you are a leader.”
Arti bebasnya, jika tindakanmu menginspirasi orang lain untuk bermimpi lebih, belajar lebih, dan bertidnak lebih serta berusaha menjadi lebih (baik), maka kamu adalah pemimpin.
Orang yang seperti itu biasanya pandai menghargai orang lain, termasuk yang tidak sejalan, belum paham atau bahkan yang menentang tanpa argumentasi yang lebih bisa dipertanggungjawabkan.
Siapkan
Leadership dalam diri seseorang tidak muncul ujug-ujug. Melalui perencanaan, proses dan jalan berliku.
Dalam Islam, seseorang akan bisa tampil ke gelanggang dakwah jika dia mengamalkan kandungan surah Al-Muzammi, mulai dari qiyamul lail, dzikir, tilawah, sabar, dzikir dan seterusnya. Itu pun harus diawali oleh tradisi Iqra’ Bismirabbik serta keunggulan memahami Alquran sebagai sistem hidup paripurna.
Jadi, kalau kita kagum pada sejarah bagaimana Al-Fatih menaklukkan Konstantinopel, seharusnya kita berlomba-lomba mempersiapkan leadership diri terus berkembang.
Demikian kalau bicara Indonesia, apakah negeri ini sudah diisi oleh pemimpin yang memiliki leadership bagus atau malah sebaliknya?
Baca Juga: Jadilah Produsen Gagasan
Apapun jawabannya, satu hal yang pasti, setiap diri kita adalah pemimpin.
Dan, karena itu, mempersiapkan pemimpin masa depan yang unggul yang membawa bangsa ini maju dan beradab, adil dan makmur adalah satu kepastian yang harus kita siapkan. Jika tidak, selamanya Indonesia akan dipimpin oleh sosok yang leadershipnya rendah dan payah. Allahu a’lam.
Mas Imam Nawawi_Ketua Umum Pemuda Hidayatullah