Kuatkan IMM adalah nasihat saya kepada anak sendiri yang kini telah belajar di SMP Putri Pesantren Hidayatullah Depok.
IMM tidak lain adalah iman, mindset dan mental. Orang sukses kalau mau utuh kesuksesannya alias sekaligus selamat dan maslahat maka ia harus paham apa itu iman, mindset dan mental.
Sebaliknya kala seseorang cerdas secara intleektual semata, namun rapuh dalam hal iman, mindset dan mental, ia akan mudah terserang depresi, terutama kala situasi yang ia harapkan positif, ternyata tidak seperti itu.
Baca Juga: Ilmu Masa Kini untuk Apa?
Coba perhatikan mental Nabi Muhammad SAW kala mendapat tawaran tahta, harta dan wanita. Beliau tidak menjawab dengan retorika akal. Tetapi keteguhan iman sekaligus mental.
Sekalipun matahari dan rembulan yang orang kafir Quraisy tawarkan, maka Nabi Muhammad SAW akan tetap dalam risalah dan dakwah.
Sekarang tidak sedikit orang dengan kecerdasan intelektual bagus rela tunduk kepada kepentingan jangka pendek yang dikendalikan hawa nafsu. Baik hawa nafsu diirnya sendiri atau pun hawa nafsu orang zalim.
Buya Hamka mengatakan kepada kita semua, “Kita hanya akan dipertemukan dengan apa-apa yang kita cari.”
Niat Belajar
Belajar sebenarnya bukan soal menguasai ilmu dan meraih kecerdasan dengan kemampuan memori yang tinggi. Akan tetapi lebih pada bagaimana iman dalam hati menjadi kokoh.
Hal ini berdasarkan pada riwayat hidup para Nabi dan Rasul serta orang beriman yang Alquran paparkan dengan begitu gamblang, bahkan ada yang kemudian berulang dalam banyak surah.
Bahwa urusan paling utama yang setiap insan beriman penting untuk memperjuangkannya adalah soal bagaimana iman mampu bekerja lebih baik dari apapun dalam dirinya. Termasuk dari kemampuan rasionalitas.
Orang rasional bisa mendapatkan “kebaikan” dari kemampuannya menganalisa hukum kausalitas dalam kehidupan. Tetapi orang yang beriman akan mendapatkan kebaikan jauh lebih besar dari sekedar kalkulasi terbaik rasio manusia.
Coba perhatikan Luqman Al-Hakim yang Allah ceritakan dalam Alquran. Ia bukan manusia dengan statement “hebat” bak pengusaha belakangan. Tetapi ungkapan ia, walaupun banyak orang tidak paham, justru itulah yang bernilai. Karena itu Alquran merekamnya.
Ucapannya sederhana, “Wahai anakku, jangan engkau mempersekutukan Allah.”
Orang yang mampu tidak mempersekutukan Allah hanyalah orang yang imannya benar-benar hidup dan bekerja lebih baik dari apapun dalam dirinya. Rasio, perasaan, dan bahkan jiwa. Semua tunduk kepada kinerja iman.
Siap Dakwah
Tujuan dari belajar adalah mendapat ridha Allah. Namun dalam tataran sosiologis, ilmu adalah untuk memberi warna kebaikan kepada masyarakat.
Ustadz Abdullah Said telah mengembangkan satu konsep penting bahwa setelah ilmu adalah ibadah dan tentu saja dakwah.
Mindset akan terasah seiring dengan kemampuan membaca dengan nama Allah yang mampu menaklukkan pendapat ahli secara jernih, bersih dari kesyikrikan.
Baca Lagi: Tetaplah Menuntut Ilmu
Kemudian, itu menjadi bekal seorang pelajar untuk siap tandang ke gelanggang dakwah dengan kobaran iman, cahaya ilmu dan tentu saja kesiapan mental untuk mencerahkan, merangkul dan memberikan perhatian.
Pendek kata, situasi paling ideal bagi seorang pelajar dalam mengisi kehidupan ini adalah ketika ia mampu melihat di tengah-tengah kehidupan manusia yang hanya tahu tentang soal makan, bangunan, dan kesenangan-kesenangan semu.*