Home Kajian Utama Kuat dari Kesadaran Diri
Kuat dari Kesadaran Diri

Kuat dari Kesadaran Diri

by Imam Nawawi

Kadang kita harus mengambil “jarak” dari beragam informasi dan pergaulan, terlebih yang hanya mengarah pada soal material dan kebahagiaan ragawi belaka. Ya, kita butuh kuat yang sumbernya jusru dari kesadaran diri.

Rasulullah SAW pernah melakukan itu kala mengambil pilihan bertahannuts ke Gua Hira. Tentu itu bermula dari kesadaran diri eksistensial, sehingga muncul kesadaran untuk membenahi kehidupan yang jahiliyah.

Kondisi waktu para sahabat menerima Islam tampaknya juga sama, bersumber dari kesadaran diri.

Baca Juga: Krisis Kesadaran adalah Sumber dari Segala Krisis yang Memberatkan

Buktinya sederhana, mereka mampu melawan arus yang menentang dan menolak Rasulullah SAW. Sebagian malah rela mati demi iman dengan risalah yang Nabi bawakan.

Internalisasi

Bilal bin Rabah memang seorang budak. Tapi ketika ia mampu melakukan proses internalisasi ilmu ke dalam kesadaran diri dan mengenal kebenaran Islam, sepenuh hati ia sadar bahwa dirinya telah menjadi Muslim.

Kesadaran diri itu tak membuatnya banyak pertimbangan perihal bagaimana hidupnya ke depan. Sebab ia sadar, bahwa yang terpenting dalam hidupnya adalah keimanan.

Begitu pula dengan Umar bin Khathab ra. Beliau sangat membenci Nabi SAW. Tetapi begitu membaca ayat Alquran, hatinya luluh, pikirannya segar dan kesadarannya tumbuh.

Kondisi jiwanya pun berubah, dari membenci menjadi mencintai. Dari seorang yang beringas dalam pergaulan menjadi pribadi yang sangat tangkas dalam membela dakwah Islam.

Itu semua terjadi karena ada proses internalisasi. Yakni menjadikan kebenaran Islam dan kecintaan kepada Rasulullah SAW sebagai energi yang hadir dalam hati.

Akibatnya ia terus bergerak dan hidup dengan memendarkan cahaya iman. Nah, kekuatan inilah yang mungkin belakangan kurang disadari.

Kekuatan Sejati

Ketika manusia mampu melakukan proses internalisasi hingga lahir kesadaran, maka ia akan memiliki kekuatan sejati.

Satu kekuatan yang membuatnya memandang hal lain hanyalah pelengkap, sarana dan bukan tujuan.

Kalau kita sekarang mau bertanya, mengapa umat Islam kalah dalam dimensi peradaban dengan umat lain? Boleh jadi karena kekuatan sejati yang harusnya hadir masih menggumpal jadi kesadaran intelektual semata.

Lantas bagaimana kesadaran diri itu harus muncul dalam jiwa seseorang?

Mungkin kita bisa meminjam gubahan Jalaluddin Rumi. “Bakar dirimu dalam api. Jadilah seorang Ibrahim. Jangan tunduk kepada apapun kecuali kebenaran.”

Baca Juga: Membangun Kesadaran Quran

Kalau orang sekarang berpikir hanya ingin hidup senang di dunia semata, maka kesadaran dirinya akan terus tergerus.

Tetapi kalau ia mampu melampaui apa yang manusia lihat, rasa dan bayangkan dalam kehidupan dunia ini, insha Allah kesadaran diri yang meneguhkan hidayah dalam dada akan semakin kokoh. Ya, kokoh tak tertandingi.

Itulah kesadaran diri yang sejati, kesadaran visional. Bukan sebatas kesadaran intelektual. Allahu a’lam.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment