Krisis biaya hidup ternyata bukan monopoli bangsa Asia. Kini penduduk negara maju sekelas Inggris saja juga mengalami hal yang sama. Krisis biaya hidup.
Fakta itu terungkap dari kisah seorang Steve Jackson, seorang warga pemilik kedai teh, Jacksonwood Vintage Tea Rooms di Kent Inggris.
Kondisinya cukup mengenaskan. Ia harus rela tidur di lantai kedai teh miliknya karena sulit membeli bensin untuk pulang ke rumah.
Baca Juga: Malas Mikir?
Bahkan untuk menghemat biaya hidup ia rela jarang makan setiap harinya.
Seperti lansir hidayatullah.com, sejak krisis biaya hidup melanda Inggris awal tahun 2022, Jackson menuturkan telah kehilangan setengah dari penghasilannya.
Kian Tidak Optimis
Tidak itu saja, Jackson harus rela usahanya juga kena guncangan. Dengan tabungan sekitar 14.719.000 ia harus rela mem-PHK dua karyawan dan tidak lagi sanggup menyediakan pemanas di kedainya.
Ia pun hidup dalam ketakutan hebat, usaha yang jadi penghasilan hidupnya juga harus tutup, gulung tikar.
Jackson pun mulai tidak optimis. Ia bahkan mengatakan tak ada cahaya di ujung terowongan. Ia sudah sangat yakin dirinya tak lagi mampu membiayai hidupnya.
Krisis Biaya Hidup Juga Hantam Muslim Inggris
Republika melansir bahwa krisis biaya hidup juga melanda umat Islam Inggris.
Yayasan Zakat Nasional (National Zakat Foundation) Inggris melaporkan ada peningkatan sebesar 90 persen dalam pengajuan kesulitan mendapatkan kebutuhan pokok, seperti makanan dan pakaian dibandingkan tahun lalu. Dikatakan banyak Muslim Inggris yang kesulitan dengan biaya hidup sehari-hari dan untuk menghidupi diri mereka sendiri.
Sementara itu survei menunjukkan bahwa 87% warga Inggris Raya laporkan kenaikan biaya hidup.
Media lain seperti CNBC melaporkan bahwa seperempat warga Inggris kini mulai mengurangi porsi makan mereka.
Ini merupakna respon atas tekanan inflasi dan kelangkaan pangan.
Bank of England bahkan menyebut “kiamat” untuk para konsumen. Sebanyak empat dari lima orang Inggris, kini khawatir tentang biaya hidup dan bagaimana mereka memenuhi kebutuhan dasar, mulai dari makanan hingga energi.
Bagaimana dengan Indonesia?
Situasi itu boleh jadi disebabkan banyak faktor. Namun satu hal yang pasti, Indonesia perlu antisipasi.
Sebab kalau Inggris bisa mengurangi porsi makan. Orang Indonesia ada yang sehari belum tentu makan.
Artinya, walaupun laporan ekonomi Indonesia terus positif pada triwulan I-2022, tidak ada jaminan bahwa krisis biaya hidup tidak melanda Indonesia.
Baca Juga: Hidup dengan Bahasa Aqidah
Oleh karena itu semua pihak mesti berpikir keras bagaimana situasi buruk yang melanda Inggris tidak terjadi di Indonesia.
Jangan sampai rakyat yang sudah sulit luar biasa semakin tidak punya harapan karena kinerja para pemimpin yang tidak amanah.*