Abah adalah panggilan untuk ayah dari Bang Imam Muhammad Fatih Farhat. Ia adalah putra dari Ustadz Abdurrahman Muhammad. Ustadz Abdurrahman Muhammad adalah sosok yang kala saya menjadi santri Pesantren Hidayatullah Marangan Loa Kulu, selalu mengusap kepalaku setiap akan meninggalkan Tenggarong menuju Balikpapan, Samarinda atau Bontang dan seterusnya. Ternyata di balik perjalanan dakwahnya beliau punya kisah tersendiri, yaitu tentang “koper.”
“Salah satu perjalanan sejarah Abah adalah “Koper” yang berisi mesin ketik. Kenapa pakai tanda kutip pada koper. Ya, karena memang itu bukan koper sungguhan. Melainkan karya tangan beliau sendiri untuk bisa membawa-bawa mesin ketik,” begitu tulis Bang Imam Muhammad.
Koper itu harus ada, karena Ustadz Abdurrahman Muhammad harus berangkat tugas dakwah ke Papua. Tugas itu datang dari Pendiri Hidayatullah, Ustadz Abdullah Said rahimahullah.
Baca Juga: Bekal Memimpin Agar Negara Tidak Kacau
“Jadi “koper” itu dibuat sendiri dan dipikul sendiri. Turun naik kapal laut ketika itu dan terus begitu. Allahumma barik laka ya Abi,” tulis Bang Imam Muhammad melanjutkan kisahnya.
3 Pelajaran Utama
Kisah “koper” itu memberikan pelajaran amat sangat berharga. Setidaknya ada tiga pelajaran utama yang bisa kita ambil.
Pertama, tak ada rotan akar pun jadi. Pada masa itu, pasar mungkin jauh. Dana juga tak semudah sekarang. Sementara dalam tugas dakwah ke Papua, mesin ketik itu harus ikut. Maka dengan penuh dedikasi bahan apa yang memungkinkan dirangkai jadi tas atau koper beliau amati. Dan, Bismillah, jadikan.
Kedua, dalam perjalanan dakwah yang tidak mudah, seseorang akan tumbuh menjadi pribadi kuat, bijaksana dan tentu saja visioner. Jadi, kalau kita sekarang ingin jadi orang yang hebat, periksa dulu hidup selama ini, apakah sudah pernah bertemu dengan situasi sulit dalam dakwah dan kita memilih tidak menyerah.
Ketiga, orang-orang besar selalu kokoh kaki-kakinya dalam dakwah dan ibadah. Mereka adalah orang yang tak lagi melihat hidup untuk memperkaya diri secara materi. Akan tetapi bagaimana berarti untuk kemajuan umat dan negeri.
Koper Kita?
Nah, sekarang apa koper kita hari ini untuk dakwah masa depan?
Baca Lagi: Dirimu Adalah Pemimpin
Koper sekarang tidak sulit orang membelinya. Yang sulit malah kadang memperbaikinya. Apalagi kalau ada roda koper yang lepas atau rusak.
Kadang kala ada kopernya, malah belum jelas isinya. Dan, koper substansi dalam hidup manusia adalah akal dan hati. Apakah koper hebat itu benar-benar telah kita siapkan isinya dengan ilmu dan iman serta amal?*