Home Kisah Kontribusi untuk Umat
Kontribusi untuk Umat

Kontribusi untuk Umat

by Imam Nawawi

Hari mulai terang. Cahaya mentari mulai menembus sela-sela gorden putih tempat saya istirahat semalaman. Karena memang sudah masuk perencanaan kegiatan, saya pun melangkahkan kaki ke ruangan, yang para peserta Leadership Training Center (LTC) Pemuda Hidayatullah siap untuk sharing. Sharing tentang bagaimana berkontribusi untuk umat.

Pukul 05.35. WIB (5/11/22) sharing itu kami mulai dengan cara yang sangat sederhana, interaktif dan sama-sama belajar berpikir, tentang sesuatu yang harusnya kita pahami, namun ternyata belum dipahami dengan baik.

Satu tema yang pertama jadi ulasan kami adalah apa itu politik dalam Islam.

Seorang peserta pun maju dengan percaya diri. Sejurus kemudian ia kemukakan definisi politik seperti yang umum orang bisa baca dalam buku-buku yang mengupas apa itu politik.

Usai ia menuturkan itu, saya bertanya. Bagaimana kalau politik dalam Islam?

Ia terdiam, senyum. Kemudian bola matanya berputar seakan mengikuti gerak otak yang berusaha keras menemukan jawaban.

Baca Juga: Cerita Bersama Tentang Cita-Cita

Lebih dari 30 detik, ia masih pada posisi semula, diam dan tersenyum.

Saya pun mempersilahkan dia untuk meminta bantuan kepada temannya.

Majulah sang teman. Ia tampak gugup tapi mulai memberikan argumen. Tidak tepat tapi sudah mendekati.

Politik

Politik dalam Islam bisa kita maknai dengan istilah siyasah, yakni seni mengatur hajat hidup orang banyak untuk semua berjalan dengan adil, merata dan maslahat.

Berarti politik adalah bagian dari ruang besar ajaran Islam, yang kaum muda harus sadar dan menyadari lalu mengerti bagaimana memandang, merespon dan menyikapi politik.

Dan, kalau mau detail apa yang harusnya politik Islam lakukan, tidak lain adalah seperti gambaran ideal dari konstitusi negara kita.

Mencerdaskan, mensejahterakan, memajukan, dan membawa bangsa ini unggul dan berpengaruh dalam kancah kehidupan global.

Mencapai itu semua, politik Islam harus benar-benar mampu menjelma secara nyata melalui kebijakan strategis para politisi atau pun partai Islam.

Lalu, apakah definisi politik dalam kajian ilmu umum keliru? Tidak. Hanya saja Islam punya cara pandang sendiri dalam melihat politik.

Tantangan

Tetapi, apa mungkin kaum muda Islam hari ini bisa menjawab tantangan dalam politik, pendidikan, ekonomi, dan seluruh sektor kehidupan?

Jawabannya bukan kata “iya” atau “tidak.”

Tetapi kembali pada kesadaran diri sekaligus niat kuat, apakah diri sadar siap untuk berkontribusi bagi kemajuan umat.

Pertanyaan ini kalau hadir, maka anak muda dari manapun asalnya, siapapun namanya, apapun sukunya, ia akan tampil tabah dalam menempa diri dan melangkah pasti meraih visi.

Namun, kalau kesadaran itu tidak kuat, apalagi tidak ada, maka niat pun juga tidak akan pernah hadir. Pemuda seperti itulah yang nanti akan digiling gilas oleh perjalanan waktu.

Sewaktu Ustadz Abdullah Said (Pendiri Hidayatullah) dalam perjalanan laut yang ia tidak tahu kemana hendak berlabuh itu kapal dagang yang ditumpanginya.

Ia berkata dalam hati, “Ya Allah, kalau Engkau selamatkan saya. Engkau beri saya kesempatan hidup, maka saya akan gunakan seluruh sisa hidup saya untuk Islam.”

Baca Lagi: Merawat Cita-Cita Kita

Jadi, kalau kita mau bertanya agak mendasar, mengapa Hidayatullah ada di Indonesia?

Tidak lain karena memang sang pendiri beserta sahabat-sahabatnya sadar dan memiliki tekad bagaimana berkontribusi kepada umat.

Sekarang kita semua menjadi tahu, bahwa dari niat itu, kini Pesantren Hidayatullah telah eksis di seluruh Indonesia.

Jadi, apakah mau jadi pemuda yang hidup hanya sebatas hidup?*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment