Kalau kita ingin masa depan, maka faktor utama ada pada para politisi. Karena mereka yang maju dalam pemilu dan akan duduk menentukan arah bangsa dan negara. Karena itu kita butuh politisi yang punya humble leadership.
Humble Leadership dalam pandangan Owens and Hekman berarti orang yang mampu leading from the ground.
Artinya mampu menggerakkan dari bawah. Gaya kepemimpinan ini dapat mendorong tim lebih independen.
Baca Juga: Sadar sebagai Pemimpin
Kalau kita timbang, siapakah dari politisi populer belakangan yang memiliki kepemimpinan seperti itu?
Biasanya kalau mendengar kata politisi, sebagian orang jadi alergi. Karena sebagian besar jadi politisi bukan karena jiwa dan hati nurani.
Oleh karena itu sebagian sangat mudah bereaksi dengan keras atau bahkan tidak peduli sama sekali. Padahal humble leadership memiliki ciri seseorang terbuka dalam menerima umpan balik.
Peduli
Mengapa Indonesia merdeka? Pertanyaan ini simpel tetapi mendasar.
Tidak lain karena para politisi negeri tidak ingin rakyat Indonesia hidup dalam penyiksaan karena penjajahan.
Kepedulian itu menjadikan mereka terus mengasah kemampuan diplomasi, membangun organisasi, dan berjuang dengan segala kemampuan untuk menciptakan perubahan, yakni Indonesia merdeka.
Hal itu membuat mereka tak pernah kehabisan energi walau berhadapan dengan tantangan yang sangat-sangat tidak ringan.
Lebih jauh kepedulian membuat mereka tidak terobsesi oleh kekayaan dengan memburu jabatan.
Sebut saja M. Natsir ia menjadi politisi yang peduli. Jabatan tak membuatnya mati hati nurani.
Bahkan ia menjadi menteri yang tak punya baju bagus, jasnya bertambal. Bahkan ia tak memiliki rumah dan menolak mendapat hadiah mobil mewah.
Mulai
Prinsipnya kalau kita ingin mengubah bangsa dan negara ke depan pada kondisi lebih baik, kita harus tahu mana politisi yang memiliki karakter humble leadership.
Politisi yang memiliki kerendahan hati dan suka memberikan pelayanan kepada bawahan, utamanya rakyat.
Baca Lagi: Anak Muda Harus Siap Memimpin
Hanya politisi yang punya humble leadership yang paling mungkin bergerak maju membantu masyarakat tumbuh, berkembang dan sejahtera.
Sudah saatnya kita memilih politisi dengan kesadaran dan ilmu, bukan uang dan iming-iming. Sekali kita salah dalam memilih politisi, selama lima tahun taruhan nasib kita sendiri, ya, nasib semua rakyat Indonesia.*