Home Hikmah Kewajiban kepada Allah, Mutiara Nasehat Sang Guru Bangsa
Kewajiban kepada Allah, Mutiara Nasehat Sang Guru Bangsa

Kewajiban kepada Allah, Mutiara Nasehat Sang Guru Bangsa

by Imam Nawawi

Senja masih menyisakan 90 menit. Saya menikmati sore dengan membaca buku karya Imron Mustofa yang berjudul “Buya Hamka Prinsip Hidup dan Mutiara Nasehat Sang Guru Bangsa.”

Dari sekian banyak tema yang diulas, saya tertarik pada halaman 152 tentang bagaimana manusia punya kewajiban kepada Allah Ta’ala.

Menurut Hamka, kewajiban hamba yang utama adalah memuliakan Allah Ta’ala.

Artinya, kalau seorang hamba punya komitmen akan hal itu, ia akan tunduk dan patuh kepada Allah. Bahkan senang menerima perintah kebajikan.

Baca Juga: Buya Hamka untuk Pemuda Masa Depan

Kata Hamka, karena siapa yang menolak kebajikan yang datangnya dari Allah, maka itu sama dengan menolak Allah Ta’ala.

Merenung

Saya terdiam sejenak, merenungkan kata-kata bijak tersebut. Bagaimana kita, sebagai manusia, melaksanakan kewajiban kepada Allah?

Apakah kita selalu tunduk dan patuh kepada-Nya? Ataukah kita sering kali lupa dan terjebak dalam kesibukan dunia yang sementara?

Memandang hebat diri sendiri karena bisa menjatuhkan yang lemah. Merasa cerdas dengan merendahkan orang lain yang punya karya. Sebuah perasaan yang tak jelas landasan dan arah tujuannya.

Nasehat

Hal terberat bagi orang yang mengaku dirinya memuliakan Allah adalah menerima kebenaran.

Orang bisa saja mendaku hebat dalam memimpin. Akan tetapi waktu akan menguji, benarkah dia hebat.

Saat ia memandang ucapan penting dengan dasar jabatan seseorang, ia telah terjerumus pada kebodohan.

Begitu pun saat ia memandang jelek ucapan seseoarang karena ia tidak punya pengaruh apa-apa, maka saat itu ia telah terpanggang oleh api kesombongan.

Hidup ini sejatinya mudah bagi siapapun untuk bahagia. Sejauh ia sadar, yang mulia itu hanya Allah.

Jadi kalau ada yang beda pendapat atau bahkan merendahkan kita, biarlah Allah yang menyaksikan. Tugas kita tunduk kepada Allah, bukan harus sibuk merespon ulah orang lain yang destruktif.

Baca Lagi: Tugas Kita Satu, Bersemangat

Lihatlah Nabi Musa, puncak “perlawanannya” kepada pemimpin zalim adalah dengan berlari karena tunduk kepada Allah. Selanjutnya Allah yang membereskan Fir’aun dengan seluruh tentaranya. Mereka ditenggelamkan dalam keadaan hina.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment