Siapa yang tidak tahu manfat membaca. Tetapi harus terus kita sadari, bahwa orang yang meraih keuntungan besar adalah yang benar-benar tekun membaca. Membaca yang sampai pada level atau derajat merasakan dan menyaksikan, sehingga ia benar-benar sadar dan menjadi insan berkarakter baik.
Belakangan orang merasa membaca itu memegang buku. Bagaimana mereka akan membaca dengan memegang buku, handphone-nya jauh lebih menarik daripada halaman demi halaman buku yang dari dahulu sampai sekarang hanya begitu, kertas putih dan tulisan hitam.
Baca Juga: Pemimpin Kok Mengeluh dan Mengancam?
Namun, bagaimanapun, kepuasan orang yang membaca buku dengan orang yang hanya scrolling media sosial, jauh tidak sama. Apalagi kalau buku atau bacaan yang kita kunyah benar-benar bercerita kisah-kisah indah. Dan, tulisan ini adalah hasil saya membaca Majalah Hidayatullah edisi Januari 2012/Shafar 1433 H di halaman ke-13.
Mulia itu Aktif Bergerak
Suatu hari Nabi SAW dan para sahabat melakukan perjalanan, kemudian mereka harus berkemah.
Pembagian tugas pun terjadi, terutama kala harus masuk tahap menyapkan makanan. Semua sahabat aktif bahkan berebut untuk ambil bagian.
Salah seorang sahabat berkata, “Aku yang menyembelih kambingnya.”
Yan glain berkata, “Aku yang akan mengulitinya.
Rasulullah SAW pun tidak mau tertinggal, “Aku akan mencari kayu bakar.”
Mendengar itu, sahabat berkata. “Biarkan kami saja yang mengerjakan semuanya. Lebih baik Rasulullah beristirahat saja.”
Rasulullah kemudian bersabda, “Aku tahu, kalian pasti tidak menghendaki aku mengerjakan hal ini, tapi Allah tidak suka melihatku mendapatkan perlakuan istimewa seperti ini.”
Setelah itu, Rasulullah meninggalkan sahabatnya lalu mencari kayu bakar.
Bukan Selalu Dilayani
Kisah indah itu akhirnya memberikan pelajaran penting bahwa orang mulia bukan yang selalu ingin dilayani, tetapi yang aktif bergerak untuk memerankan dirinya memiliki manfaat, sekecil apapun.
Lihat saja sekarang, betapa tidak sedikit pejabat yang membuka pintu mobil saja tidak mampu. Ia akan keluar jika ajudan membukakan pintu mobil. Padahal, ia bisa melakukannya sendiri.
Baca Juga: Akhlak, Keadilan dan Ekonomi
Berapa pula orang yang punya posisi tinggi, membawa tasnya sendiri saja tidak mampu. Selalu memberikan bawaan dokumen yang ia butuhkan kepada ajudan. Tampaknya keren, tapi sekali lagi itu tidak menunjukkan orang itu mulia secara nyata.
Pendek kata dengan membaca kita akan tahu, bahwa pemimpin mulia itu bukan karena ia tidak melakukan urusan kasar atau biasa dalam pandangan masyarakat. Pemimpin yang mulia adalah yang seperti Nabi SAW, tak suka dimuliakan dan berusaha bermanfaat sekecil apapun dalam urusan yang paling biasa sekalipun.
Kalau sekarang banyak pemimpin bergaya elit, sukar orang biasa bisa bertemu, tampak selalu terburu-buru kalau berpapasan dengan orang biasa, boleh jadi mereka bukan orang yang gemar membaca sejarah Nabi SAW, sehingga mereka merasa beruntung padahal sejatinya merugi.*


