Hari ini rakyat Indonesia berhadapan dengan kondisi yang tidak ringan. BBM naik, minyak goreng langka, JHT cair pada umur 56 tahun, dan lain sebagainya. Jika para politisi memahami politik bukan sebatas job mereka akan bergerak menyuarakan derita rakyat ini.
Tapi kala politisi memahami politik sebagai job, maka mereka hanya akan diam, membisu dan tidak melakukan apa pun yang seharusnya mereka upayakan. Semua sangat bergantung apa arahan struktur yang menjadi atasannya.
Baca Lagi: Melek Politik
Sekarang kondisinya semakin rumit. Karena sebagian agenda pemerintah harus mengorbankan kebahagiaan rakyat.
Seperti Mandalika yang sedang ramai. Saat media memberitakan sirkuit itu ada sebagian penduduk meratap pilu, mengapa lahan mereka yang dipakai belum kunjung mendapatkan bayaran.
Perlu Terjun
Kaum muda yang baik sepertinya perlu masuk ke dunia politik dengan tekad berjuang dan berkorban.
Saya pernah mendapat nasihat dari seorang pengusaha yang pada usia senja masuk politik.
Ia mengatakan, “Jangan pagi-pagi sudah ada di Senayan.”
Maksudnya jangan masih muda masuk ke Senayan sedangkan diri belum pernah berkiprah bagi masyarakat, berkorban dan berjuang bersama masyarakat.
Namun, situasi sekarang sepertinya harus mendorong sebagian anak muda untuk berani terjun ke dunia politik dengan nia berjuang bukan menjadikan politik sebagai ruang mendapat pekerjaan dan keuntungan.
Pada 2024 kemungkinan hadirnya politisi muda sangat tinggi. Tetapi jika para elit politik malas berpikir dan bergerak, mereka pasti akan cenderung mengambil jalan pragmatis dengan memasukkan anak-anak muda keturunan para pejabat.
Mulai anak politisi, anak ketua umum partai politik, anak menteri, maupun anak presiden dan anak wakil presiden.
Dalam kata yang lain 2024 sebenarnya tidak ada yang bisa menjadi harapan jika para politisi mudanya adalah bagian dari orang yang itu-itu saja.
Problemnya, kaum muda tak cukup hanya kecewa dan mengkritik belaka kondisi itu. Harus ada upaya membangun kesadaran sekaligus gerakan agar ke depan wajah politik bangsa semakin akrab dan senafas dengan aspirasi rakyat.
Siap Memimpin
Menjadi politisi berarti siap secara mental untuk memimpin. Memimpin dalam hal mampu melihat kebijakan yang relevan untuk kesejahteraan rakyat.
Siap memimpin artinya punya kesabaran mendengarkan aspirasi rakyat. Kemudian merumuskan bagaimana kebijakan yang sesuai, termasuk memperjuangkan dan membela hak-hak rakyat.
Baca Juga: Desain Politik 2024
Oleh karena itu, kaum muda perlu hadir dalam kehidupan masyarakat.
Berkontribusi dengan bergerak bersama mereka, menyuarakan keprihatinan mereka dan terus berpikir bagaimana mendorong agar pejabat publik yang ada sekarang, mau dan sadar untuk memberi perhatian dan mengutamakan memperjuangkan nasib masyarakat.
Jadi kaum muda jangan terninabobokan oleh media sosial yang tidak membangun. Segera sadari keadaan dan bergeraklah, minimal pemikiran kita mulai terjaga dengan kondisi yang butuh pikiran dan kiprah kalian semua, wahai kaum muda.*