Dalam video yang saya saksikan, pada kanal The Sungkars, Babeh Dzikrullah menyampaikan sebuah kenyataan mencengangkan: tepatnya pada masa rezim Bashar al-Assad. Kala ia berkuasa, ia melarang tentara Suriah melaksanakan salat. Sebuah larangan yang sangat buruk. Sebab itu lebih merupakan bentuk pelucutan terhadap hak paling dasar seorang manusia: menyembah Tuhannya. Namun yang mengejutkan bukan semata soal larangan itu, melainkan apa yang tetap tumbuh di baliknya—akhlak.
Babeh yang tinggal di Suriah dari 2008 -2011 itu menggambarkan penduduk Suriah sebagai umat yang santun, bersahaja, dan penuh keteguhan iman.
Mereka tidak hanya bertahan secara fisik, tapi memancarkan spiritualitas yang tak mudah diringkus oleh represi.
Tulisan ini tidak bermaksud menambah deretan berita duka dari negeri-negeri yang tertindas. Sebaliknya, ini adalah ajakan untuk melihat bahwa dalam bayang-bayang tirani, masih ada cahaya.
Cahaya dari mereka yang tak gentar mempertahankan ibadah, etika, dan kasih pada sesama.
Kita yang hidup dalam kebebasan justru perlu bertanya pada diri sendiri: apakah iman dan akhlak kita sekuat mereka yang diuji setiap hari?
Suriah itu Rasa Dua Alam
Suriah, bagi pria murah senyum itu bukan negeri biasa. Ia mengatakan, “Bagi saya pribadi, hidup di Suriah itu rasanya seperti hidup di dua alam, yang bertentangan”.
Pertama karena Suriah sebagai bagian dari negeri Syam itu adalah tempat yang Rasulullah SAW langsung dan khusus mendoakannya.
“Ya Allah berkahilah kami di negeri Syam dan di negeri Yaman,” katanya. Doa khusus itu menguatkan posisi negeri Syam yang oleh Allah diberkahi sebagaimana terkandung dalam ayat ke-1 Surah Al-Isra’.
“Dan, memang kita merasakan keberkahan itu. (Seperti) keberkahan ilmu (kemudian) ulamanya,” tegasnya.
Lebih dari itu, penduduk Syam, orangnya sangat berakhlak. “Ini bukan (hanya) ulamanya. Tetapi juga orang awamnya. Ini karena iman dan kecintaan mereka kepada akhlak Rasulullah SAW,” jelasnya.
Kedua adalah alam yang rezim berkuasa ciptakan. Beruntung rezim itu sudah tidak ada lagi. Semoga Suriah segera menjadi alam yang satu, baik rakyat maupun pemimpinnya.
Akhirat Seperti di Sebelah
Babeh Dzikru lebih lanjut menjelaskan betapa teguhnya orang-orang Suriah dalam iman mereka. Hidup dalam derita yang luar biasa, namun semakin teguh iman dan akhlaknya.
“Kenapa mereka yang Allah uji. Mengapa bukan kita. Karena iman mereka lebih kuat daripada iman kita. Bayangkan 18 tahun mereka dikepung, tidak ada pilihan, namun tetap teguh. Bayangkan kalau itu terjadi di kita (sebut saja Tangsel dan Kebayoran Lama). Berapa hari kita bisa bertahan,” ucapnya mengilustrasikan kekuatan bangsa Suriah.
Semua itu adalah wujud berkah dari Allah. Penduduk Syam sangat teguh dalam iman dan akhlak. Seakan-akan akhirat itu ada di sebelah.
Tak lupa, Babeh juga mengutip hadits Nabi SAW yang menegaskan bahwa kalau orang-orang Syam sudah rusak (iman dan akhlaknya) maka tidak akan ada lagi kebaikan bagi kita semua.*