Mas Imam Nawawi

- Kajian Utama

Ketika Hati Diterpa Badai, Alquran Menjadi Sauh Penguat

Hidup ini tak ubahnya seorang nelayan yang menantang lautan. Kita tidak pernah tahu pasti apakah hari ini akan disambut gelombang yang tenang, atau justru ombak dahsyat yang menegangkan dan menguji nyali. Namun, demi sebuah tujuan mulia di seberang sana, kita tidak boleh gentar. Kita butuh sesuatu untuk terus meneguhkan hati hingga sampai ke tepian harapan. […]

Ketika Hati Diterpa Badai, Alquran Menjadi Sauh Penguat

Hidup ini tak ubahnya seorang nelayan yang menantang lautan. Kita tidak pernah tahu pasti apakah hari ini akan disambut gelombang yang tenang, atau justru ombak dahsyat yang menegangkan dan menguji nyali. Namun, demi sebuah tujuan mulia di seberang sana, kita tidak boleh gentar. Kita butuh sesuatu untuk terus meneguhkan hati hingga sampai ke tepian harapan.

Metafora ini begitu akurat. Kehidupan dunia adalah samudra luas yang penuh riak dan gelombang. Seringkali, gelombang itu bukan sekadar fenomena alam, melainkan badai tak kasat mata yang mampu memengaruhi pikiran, mengaburkan fokus, bahkan menggoyahkan keyakinan.

Mengenali Gelombang yang Menerpa Jiwa

Dalam keseharian, gelombang lautan itu bisa mewujud dalam rasa malas yang tiba-tiba datang atau keengganan untuk melangkah menuju kebaikan. 

Ia menjelma menjadi keraguan saat kita sudah merasa lelah berbuat, namun hasil yang diimpikan tak kunjung tampak. 

Perlahan tapi pasti, bisikan putus asa mulai terdengar, membuat perjalanan 24 jam terasa begitu berat untuk diisi dengan kebaikan.

Inilah ujian sesungguhnya. Ketika semangat mulai padam dan hati terasa lelah, kita menjadi begitu rapuh. Kita lupa bahwa setiap upaya adalah proses, bukan semata tentang hasil akhir yang instan.

Menemukan Cahaya di Setiap Ayat

Hebatnya, Allah SWT Maha Mengetahui betapa lemah dan mudahnya manusia berputus asa. Di tengah kerapuhan kita, Dia tidak pernah meninggalkan kita sendirian. Maka dari itu, Allah turunkan Alquran sebagai petunjuk abadi. Salah satu fungsi utamanya adalah untuk menjadi penguat, cahaya, dan pembawa kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (Lihat Surah An-Nahl: 102).

Dengan kata lain, siapa pun yang sedang menemui masalah, menanggung beban yang terasa mematahkan pundak, hingga imannya terguncang, Alquran adalah tempat kembali. 

Jika ia sadar dan segera membuka lembarannya dan mencoba merenungi maknanya, hatinya akan menemukan ketenangan. Insya Allah, ia akan lulus dari setiap ujian yang menghadang.

Mulailah Kembali dari Satu Ayat

Alquran bukanlah sekadar bacaan, melainkan dialog antara seorang hamba dengan Penciptanya. Ia adalah sauh yang menjaga kapal kehidupan kita agar tidak oleng diterpa badai. Ia adalah kompas yang menunjukkan arah saat kita tersesat dalam kegelapan.

Lalu, bagaimana kita memulainya?

Mulailah dari apa yang terasa paling ringan. Buka kembali mushaf yang mungkin sudah lama tersimpan di rak. 

Bacalah walau hanya satu ayat, tetapi hadirkan hati dan pikiran Anda di sana. Dengarkan apa yang Allah ingin sampaikan kepada hati teman-teman hari ini melalui ayat tersebut.

Sebab, di sanalah sumber kekuatan sejati berada. Saya kadang membaca Alquran dengan cara menulis ulang ayat yang ingin saya ketahui maknanya. Lalu membaca tafsirnya dan coba merenungkan dengan kemampuan logika yang saya miliki dan sangat terbatas ini.

Sungguh, dalam setiap hurufnya tersimpan penawar bagi hati yang gelisah dan cahaya bagi jiwa yang meredup. 

Pada akhirnya, Alquran akan menjadikan kita nahkoda yang lebih tangguh dalam mengarungi samudra kehidupan ini. Kita yakin Allah akan menolong kita, memberikan jalan keluar, bahkan memberikan kemenangan. Insya Allah.*

Mas Imam Nawawi