Secara prinsip, manusia memiliki akal untuk memahami dan menjelaskan kebenaran. Namun, realitanya ada saja orang yang menggunakan akalnya untuk berdusta.
Padahal saat orang berdusta, orang lain akan menangkap kejanggalan. Bahkan tampak terdistorsi. Pada level ini kita pasti akan punya dugaan yang mendorong hati bertanya-tanya.
Salah satu contoh adalah kasus penembakan siswa SMK di Semarang oleh oknum polisi. Awalnya, media memberitakan keterangan polisi bahwa siswa tersebut adalah anggota gangster. Namun, informasi ini kemudian terbantahkan oleh kepolisian sendiri.
Kabid Propam Polda Jateng, Kombes Aris Supriyono, mengungkapkan fakta sebenarnya. Aipda RZ menembak Gamma, siswa SMK Negeri 4 Semarang, karena merasa kendaraannya diserempet. Begitu Tempo mengabarkan.
Peristiwa ini menunjukkan bagaimana kebenaran dapat terdistorsi. Publik pun akhirnya bertanya-tanya, mana informasi yang benar?
Akal Manusia dan Kemampuan Membedakan Kebenaran
Akal manusia adalah anugerah yang luar biasa. Dengan akal, kita dapat memahami dunia, menganalisis informasi, dan membedakan yang benar dan salah.
Namun, akal manusia juga memiliki keterbatasan. Apalagi kita jarang menggunakannya dengan semestinya. Seperti pisau yang tak kita asah, akan berkarat.
Kita tidak selalu dapat mengakses informasi yang lengkap dan akurat. Terkadang, kita dipengaruhi oleh emosi, prasangka, atau kepentingan tertentu. Walakin akal kita tahu prinsip-prinsip dasar soal benar, jujur dan bohong.
Dalam kasus penembakan siswa SMK, informasi awal yang simpang siur dapat memengaruhi persepsi publik. Kita mungkin terburu-buru menyimpulkan bahwa siswa tersebut bersalah.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu kritis terhadap informasi yang diterima.
Jangan mudah percaya begitu saja. Kumpulkan informasi dari berbagai sumber dan analisis dengan akal sehat.
Apalagi kasus seperti itu sudah pernah terjadi dengan skala lebih besar. Kita tak boleh jadi korban “pembunuhan intelektualitas”.
Mencari Kebenaran di Era Informasi yang Berlimpah
Di era digital ini, kita dibanjiri oleh informasi dari berbagai sumber. Media sosial, situs berita online, dan platform lainnya menawarkan informasi yang melimpah.
Namun, tidak semua informasi tersebut akurat dan dapat dipercaya. Kita perlu berhati-hati dalam memilih sumber informasi. Pastikan sumber tersebut kredibel dan memiliki rekam jejak yang baik.
Selain itu, kita juga perlu mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Jangan mudah terpengaruh oleh judul yang bombastis atau narasi yang emosional.
Hukum Kehidupan: Kebenaran Akan Selalu Terungkap
Ada pepatah yang mengatakan, “sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh juga”. Pepatah ini juga berlaku untuk kebenaran.
Hukum kehidupan selalu menampakkan kejahatan, bagaimanapun disembunyikan. Kebenaran mungkin tertunda, tetapi pada akhirnya akan terungkap.
Baca Juga: Anak Muda Berdakwalah
Dalam kasus penembakan siswa SMK, kebenaran akhirnya terungkap. Meskipun sempat ada informasi yang menyesatkan, fakta yang sebenarnya akhirnya terkuak.
Sebagai manusia yang berakal, kita harus selalu berusaha mencari kebenaran. Jangan mudah terpengaruh oleh informasi yang tidak jelas.
Gunakan akal sehat dan kemampuan berpikir kritis untuk menganalisis informasi yang diterima. Seperti ketika sedang makan, kita mesti mengunyah asupan demi asupan yang masuk melalui mulut.
Kita bukan makhluk yang bisa makan tanpa mengunyah. Rasanya itu juga sebuah kode, informasi pun harus kita kunyah dahulu. Setelah itu baru kita telan.
Ingatlah bahwa kebenaran akan selalu terungkap, meskipun mungkin membutuhkan waktu. Karena pelaku kejahatan bukan pemelihara alam, apalagi pemegang kendali langit dan bumi.*